INILAHCOM, Jakarta - Berdasarkan hitung-hitungan fundamental, analias melihat harga wajar saham PT Terregra Asia Energy (TGRA) 12 bulan mendatang berada di level Rp1.380. Artinya, terdapat potensi kenaikan harga sahamnya sebesar 42,77% dari harga saat ini.
Pada perdagangan Kamis (23/8/2018), saham PT Terregra Asia Energy (TGRA) ditutup menguat Rp5 (0,6%) ke posisi Rp790 per saham. Sepanjang perdagangan, saham TGRA mencapai level tertingginya di 790 dan terendahnya di angka 760 dari posisi pembukaan di angka merah Rp780 per unit saham.
Kiswoyo, Peneliti Senior PT Narada Kapital Indonesia mengatakan, PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), emiten yang bergerak di bidang bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) membukukan kenaikan pendapatan sebesar 243,79% year-on-year (yoy) dan laba bersih sebesar 452,26% (yoy) pada tahun 2017.
Dalam laporan keuangan 2017, manajemen TGRA menyampaikan pendapatan pada tahun lalu sejumlah Rp37,92 miliar, naik 243,79% (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp 11,03 miliar. "Kinerja laba bersih TGRA ini ditopang oleh kinerja pendapatan usaha perusahaan yang mencapai Rp37,92 miliar, naik 243,66% dibandingkan pencapaian di 2016 sebesar Rp11,03 miliar," kata Kiswoyo dalam risetnya yang diterima INILAHCOM, Kamis (23/8/2018).
Pendapatan usaha TGRA berasal dari penjualan suku cadang pembangkit listrik PLN dan jasa perawatan pembangkit listrik PLN. "Mulai tahun buku 2018 ini barulah pendapatan dan net profit dari bisnis green energy TGRA mulai masuk ke dalam laporan keuangan," ujarnya.
Lebih jauh Kiswoyo memprediksi Return on Equity (RoE) TGRA pada akhir 2018 sebesar 0%, beta saham TGRA 1, Risk Free Return sebesar 5,50%, PE tertinggi TGRA 25x, serta pertumbuhan Earnings per Share (EPS) TGRA untuk tahun 2018 sebesar 150%.
Oleh karena itu, dia melihat harga wajar saham TGRA pada 12 bulan mendatang berada di level Rp1.380. Dengan demikian, masih terdapat potensi kenaikan harga saham TGRA sebesar 42,77% dari harga saat ini di level Rp 790.
"Kami melihat harga saham TGRA di tahun 2018 ini bisa berada di atas level Rp1000, jika EPS-nya bisa tumbuh 150% dari EPS tahun 2017," tandas dia.
Mulai di tahun 2018 ini, pembangkit listrik tenaga surya TGRA yang berada di Water Boom Bali mulai beroperasional secara penuh. "Dan, di tahun 2019 proyek pembangkit listrik tenaga air TGRA di Medan dan pembangkit listrik tenaga surya TGRA di Australia Selatan akan beroperasi secara penuh semuanya," papar dia.
Di setiap tahunnya , TGRA akan memilki proyek pembangkit listrik green energy yang beroperasi. Walhasil, Kiswoyo yakin selama 5 tahun ke depan net profit TGRA bisa tumbuh sebesar 150% per tahunnya.
Bisnis pembangkit listrik green energy TGRA memilki margin keuntungan yang cukup besar, yaitu sebesar minimal 50%. Sehingga ke depannya, bisnis pembangkit listrik green energy TGRA akan menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi TGRA secara stabil dan berkelanjutan.
Asal tahu saja, PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) didirikan tanggal 7 Nopember 1995 dengan nama PT Mitra Megatama Perkasa dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996.
Bisnis TGRA sebelumnya adalah pemasok suku cadang pembangkit listrik PLN. TGRA sekarang telah melakukan ekspansi untuk menjadi pembangkit listrik swasta yang bergerak di green energy atau energy terbarukan.
Tidak hanya membangun pembangkit listrik green energy di Indonesia, TGRA juga membangun pembangkit listrik green energy di luar negeri seperti di Australia Selatan.
Hal itu membuat TGRA menjadi perusahaan pembangkit listrik swasta green energy dengan standar yang sudah sesuai dengan standar internasional. [jin]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Berburu Cuan 42,7% di Saham TGRA : https://ift.tt/2BH9L2eBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Berburu Cuan 42,7% di Saham TGRA"
Posting Komentar