DUNIA medsos kini menjadi dunia gonjang ganjing. Maklum saja, tahun ini adalah tahun politik. Dinamakan tahun politik karena perhelatan politik berupa pilkada sedang hangat-hangatnya ditampilkan. Pilkada tingkat kabubaten/kota dan tingkat propinsi relatif serentak. Sementara pilpres tinggal setahun lagi.
Kini, nyaris tak ada yang tidak dibaca dengan kacamata politik. Posisi tangan penceramah dan acungan jemarinya tak lagi menjadi bahasa tubuh yang netral, ia menjadi simbol politik yang ditafsir rama-ramai. Foto bersama "calon" lebih kental lagi makna politiknya. Sampai-sampai, ada kiai yang tak mau berfoto bersama calon. Walau memang ada yang tamak foto bersama.
Diskusi politik menjadi hidup di mana-mana, termasuk di warung kopi. Bahkan, ada banyak pegiat medsos yang terus berpolitik ria senajan masih ada di ruang toilet. Isu kecil dibesar-besarkan. Isu besar disembunyikan. Ahaaa, arah permainan sulit ditebak.
Satu keluarga nyaris baku hantam gara-gara berdebat politik ini. Mereka tengah berdebat calon wakil presiden yang akan mendampingi Pak Jokowi dalam pilpres yang akan datang. Sang paman masih mendukung Pak JK untuk jadi wakil kedua kalinya. Sang keponakan mendukung TGB atau Jendral Gatot.
Diskusi kalau tidak didasari sikap obyektifitas akademis memang cenderung beringas tak sistematis. Ujungnya adalah marah-marah full emosi. Untuk sang kakek cepat keluar mendamaikan: "JK itu sangat diperlukan oleh Jokowi. Tanpa JK, Jokowi akan menjadi OOWI." Banyak yang tertawa, sayapun tertawa hingga harua berhenti menulis.
Santai saja, rileks saja, jalani. Semoga Allah memilihkan bupati, gubernur dan presiden terbaik. Ingin tahu pilihan saya? Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Tahun Politik, Diskusi Politik dan Tafsir Politik : https://ift.tt/2EOZmxABagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Tahun Politik, Diskusi Politik dan Tafsir Politik"
Posting Komentar