INILAHCOM, Jakarta - Pakar Statistik Institut Pertanian Bogor (IPB), Khairil Anwar Notodiputro memberikan alasan kenapa hasil quick count (hitung cepat) sering berbeda jauh dengan real count dalam penghitungan pemilihan umum.
Menurut dia, terkait dengan pilkada ini ada bermacam survei tidak hanya quick count. Mulai dari survei opini publik untuk mengukur popularitas, acceptabilitas maupun elektabilitas pasangan calon.
"Survei seperti ini dilakukan beberapa hari/minggu sebelum pilkada. Akibatnya, ada masalah perubahan pikiran responden," kata Khairil melalui akun twitternya @kh_notodiputro yang dikutip INILAHCOM pada Sabtu (30/6/2018).
Khairil mengatakan hasil quick count sangat bisa berbeda jauh dengan real count disebabkan kesalahan mengambil sample, sehingga samplenya tidak representatif.
"Disini penting mengetahui berbagai teknik mengambil sample yang tepat sesuai situasi dan kondisi lapangan," ujarnya.
Penyebab kedua, kata Khairil, jumlah samplenya kurang walaupun metode pengambilan samplenya sudah benar. Kurangnya contoh dapat memperbesar margin of error (MoE).
"Jumlah sample ini bisa dihitung jika besarnya variance diketahui, level of significant dan metode pengambilan sample sudah ditetapkan," jelas dia.
Kemudian, Khairil mengatakan penyebab ketiga adalah terjadinya bias dalam pengumpulan data. Bias adalah perbedaan jangka panjang dan sistematis antara prediksi dengan yang sesungguhnya.
"Ada 3 bias yang sering terjadi yaitu sampling bias, response bias dan non-response bias. Sampling bias mrp bias karena tidak representatif terhadap populasinya. Response bias mrp bias karena jawaban yang diberikan responden tidak benar. Non-response bias mrp bias karena responden enggan menjawab pertanyaan. Ada satu lagi yang bias karena pikiran responden berubah-ubah," katanya.
Penyebab keempat, lanjut Khairil, terjadinya kesalahan dalam menghitung margin of error (MoE). Kesalahan ini yang sering terjadi adalah metode pengambilan samplenya multistage, tetapi menghitung margin of errornya menggunakan rumus Solvin.
"Sehingga dikira MoEnya kecil padahal sesungguhnya besar. Lembaga survei yang mau nakal bisa mempermainkan empat hal tersebut. Akibatnya, hasil QC (quick count) akan berbeda jauh dengan RC (real count). Untuk lembaga survei yang nakal begini PERSEPI harus turun tangan menghukumnya seperti sudah dijelaskan tadi oleh Dr. @BurhanMuhtadi," katanya.[ris]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Faktor Quick Count Berbeda Jauh dengan Real Count : https://ift.tt/2Ngv906Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Faktor Quick Count Berbeda Jauh dengan Real Count"
Posting Komentar