WISUDA Tahfidzul Qur'an yang ini berbeda dengan yang lain. Ada sesuatu yang mengharubirukan rasa, menusuk kepekaan jiwa, dan menyentuh dasar relung hati yang paling dalam. Di antara wisudawan usia belasan tahun ini, ada seorang wisudawan yang terus menundukkan kepala. Dia adalah wisudawan tuna netra.
Saat dia diumumkan sebagai wisudawan terbaik, bapaknya diminta maju ke depan untuk memberikan sambutan. Ibunya tak ikut ke panggung karena telah meninggal saat melahirkan anak sematawayangnya yang tuna netra itu. Suasana menjadi haru, karena bapak itu tak cepat bisa mengeluarkan suara. Bukan karena tak pandai bicara, namun karena haru yang memuncak tinggi.
Saya ikut menunggu kalimat apa yang akan diucapkannya. Ternyata sambutannya pendek sekali namun cukup menghentak semua hadirin. Setelah salam, bapak itu berkata: "Anakku, saya bangga kamu hapal al-Qur'an. Bapak tidak menyangka." Pelan dia ucapkan itu dan sejenak berhenti karena teteskan air mata. Bapak itu melanjutkan: "Dengan al-Qur'an ini engkau miliki semuanya anakku. Hanya satu yang belum engkau dapatkan, yakni menatap wajah ibumu."
Semua hadirin terharu. Sayapun menangis. Saat menuliskan inipun saya menangis. Bapak itu mengakhiri sambutannya dengan kalimat: "Namun ku yakin wahai anakku, ibumu berbahagia denganmu. Marilah kita bersama bertemu dengannya dengan keberkahan al-Qur'an yang kamu hapal itu."
Sahabat dan saudaraku. Mata boleh buta, tapi hati jangan pernah buta. Mari kita belajar al-Qur'an, mari kita baca al-Qur'an, mari kita pahami al-Qur'an dan menerapkannya dalam keseharian kita. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Tak Kuasa Menahan Jatuhnya Air Mata : https://ift.tt/2Am0MPYBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Tak Kuasa Menahan Jatuhnya Air Mata"
Posting Komentar