
INILAHCOM, Jakarta - Serangan hoaks di dunia maya diketahui belakangan tak hanya menyerang pasangan capres maupun cawapres, Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menjadi sasarannya.
Laporan Kemkominfo menyebutkan bahwa dalam kurun Januari-April 2019, terdapat lebih dari 1500 berita yang terkonfirmasi hoaks, 30 persen di antaranya bernuansa politik.
KPU terkena sasaran hoaks dengan disebut-sebut berpihak pada salah satu pasangan calon di pemilu 2019. Bahkan, lewat hoaks sistem pemilu KPU disebut berpotensi melakukan kecurangan.
Peredaran hoaks yang kian memprihatinkan di tengah masyarakat pun membuat lembaga masyarakat menyerukan pentingnya publik untuk aktif memberantasnya.
"Hoaks tampaknya bukan hanya disinformasi atau pembiasan fakta biasa, namun diproduksi pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan memberikan efek elektoral tertentu," ujar Pengamat Hoaks Digitroops Indonesia, Yusep Munawar, Kamis (11/4/2019).
Ia melaporkan, hasil survei internal menyebutkan isu hoaks yang beredar terutama di media sosial dan dialamatkan kepada capres tertentu terbukti menurunkan elektabilitas capres, terutama di pemilih yang aktif di media sosial.
Tak hanya itu, hoaks yang menyerang lembaga penyelenggara pemilu juga berpotensi mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
"Survei ini melibatkan 1.200 responden dari seluruh provinsi di indonesia pada Maret 2019 dengan margin of error kurang Iebih 2,8 persen. Dari total populasi, sebanyak 44,5 persen atau 534 responden merupakan pengguna media sosial. Sebanyak 61,6 persennya menyatakan hoaks sudah terlalu banyak," jelasnya.
Sementara itu, 55,5 persen responden yang tidak memiliki media sosial menilai bahwa hoaks sudah terlalu banyak dengan persentase mencapai 34,9 persen.
"Bila dibandingkan, pemilih yang pengguna media sosial rentan sekali terkena hoaks. Mereka juga mengakui bahwa pemberitaan media memengaruhi pilihan masing-masing." tuturnya.
Ia menambahkan, hoaks yang secara langsung maupun tidak langsung menyerang paslon tertentu, memang memiliki pengaruh terhadap persepsi publik mengenai pasien tersebut.
"Mayoritas publik, terutama pemain media sosial merasa hoaks ini perlu diberantas tegas. Bila hoaks ini didiamkan, hal ini bisa merusak sendi demokrasi yang telah lama dibangun dan akan melunturkan persatuan. Efek hoaks ini memecah belah," pungkasnya. [ton]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Pemilih Pengguna Medsos Rentan Terkena Hoaks : http://bit.ly/2Z2OLdUBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Pemilih Pengguna Medsos Rentan Terkena Hoaks"
Posting Komentar