Terpopuler - Lambaian Tangan yang Tak Perlu Dilakukan

BARU saja saya mendapatkan pesan WA dari putera seorang kiai desa yang kini kuliah di Surabaya. Setahu saya, pemuda ini adalah pemuda lugu dan santun. Kini sudah duduk di semester 7. Tak pernah saya dengar dia memiliki masalah, apalagi masalah cinta.

Setengah kaget saya membaca WA-nya yang meminta saran menyejukkan untuk hatinya yang panas karena ditinggal kekasihnya yang baru tiga bulan saling berjanji untuk bersatu dan tak akan saling menyakiti. Kekasihnya itu pergi meninggalkannya.

Saja jawab WA nya: "Tak usah kau lambaikan tangan kepada orang yang pergi meninggalkanmu. Punggungnya tak punya mata, tak kan melihat tanganmu. Kasihan tanganmu yang bekerja sia-sia." Sesungguhnya ada banyak kalimat yang saya simpan sebagai penjelas kalimat itu. Mereka yang menyakitimu dan pergi begitu saja adalah orang yang tak berhak menempati ruang hati dan ruang pikiran. Mereka adalah virus, bersihkan dengan istighfar dan shalawat.

Pemuda itu rupanya sudah terjangkit jatuh cinta stadium 4 alias akut. Seakan tak ada lagi wanita lain yang lebih layak untuknya. WA nya yang kedua berisi: "Kalau bukan dia, lalu siapa yang bisa menenangkan hatiku menjadi pendampingku?" Saya jawab singkat: "Jangan pernah galau dengan orang yang telah pergi. Allah akan datangkan orang yang sesuai untukmu."

Karena banyak kata juga kadang tak berguna banyak bagi orang galau, maka saya tutup kalimat terakhir saya dengan: "Renungkan dan pikirkan. Jangan WA saya dulu. Saya sedang dalam perjalanan menuju Pantai Sembilan untuk mencari jejak Sang Nabi." Diapun tak mengirim WA lagi.

Kasihan pemuda ini, dia tertipu penampilan dzahir. Tidak semua senyuman bermakna kasih sayang. Singa yang tersenyum pertanda akan menerkam. Ada 1001 tafsir dari senyuman. Butuh satu semester untuk menjelaskannya. Maaf. Salam, AIM. [*]

Let's block ads! (Why?)