SETELAH pengajian tadi, saya tetap terkagum-kagum sendiri akan kedermawanan Abdurrahman bin Auf. Bayangkan saja, hartanya dikeluarkan banyak-banyak agar miskin, ternyata takdir mengantarkannya semakin kaya. Teori pertambahan dan pengurangan kalkulator tak mampu memecahkan rahasia hartanya.
Gara-gara tak ingin lama di penantian masuk surga karena hisab harta kekayaannya yang banyak, beliau pernah berkeinginan miskin saja. Semua hartanya dijual untuk membeli kurma rusak, kurma busuk, milik para sahabat yang gagal memelihara kurmanya. Harga belinya normal walau kurmanya rusak. Para penjual bahagia karena untuk, Abdurrahman bin Auf merasa bahagia karena akan miskin. Manusia aneh bukan? Tak ada duanya.
Namun tak pernah ada kisah orang membahagiakan orang lain yang tak dilindungi Allah. Datanglah utusan raja Yaman untuk membeli kurma busuk yang ada di Madinah. Alasannya adalah untuk pengobatan wabah penyakit di Yaman yang menurut tabib hanya bisa diobati dengan kurma busuk. Semua kurma busuk Abdurrahman bin Auf dibelinya. Dengan harga berapa? Dengan harga 10x lipat harga biasanya. Gagallah cita-cita Abdurrahman bin Auf untuk menjadi miskin.
Hahaha, gagal untuk menjadi miskin. Sementara kebanyakan kita adalah gagal untuk menjadi kaya. Saya ketawa ingat kisah ini. Nah, apa kira-kira penyebab kita gagal kaya atau tak kaya-kaya? Jawaban yang paling mungkin adalah karena kita terlalu ingin kaya, kemudian kita memilih bakhil dan tak mau berbagi bahagia dengan orang lain. Sekarang bulan Ramadlan, jangan lupa Zakat, Infak dan Shadaqah. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Tertawa Sendiri Mengingat Sahabat Gagal Miskin Ini : https://ift.tt/2IU9IPDBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Tertawa Sendiri Mengingat Sahabat Gagal Miskin Ini"
Posting Komentar