AL USHMUI, tokoh yang banyak punya kisah yang ditukil di beberapa kitab, bercerita bahwa suatu saat beliau melintasi sebuah gubuk tua nan kecil terpencil. Berpapasanlah beliau dengan seorang ibu yang menjadi penghuni satu-satunya gubuk itu. Terjadilah dialog antara beliau dan beliau:
Al-Ushmu'i: "Ibu bersama dengan siapa di sini?"
Ibu: "Bersama Dzat yang menemani orang mati di alam kuburnya."
Al-Ushmu'i: "Dapat makan dari mana ibu di tempat terpencil begini?"
Ibu: "Yang memberi makan aku adalah Dzat yang memberi makan semut kecil yang jauh lebih kecil dengan aku."
Bacalah berulang-ulang dialog itu dan rasakan sentuhan tauhidnya di sana. Orang yang selalu menyebut Allah dalam segala urusannya adalah orang yang benar-benar cinta kepada Allah. Orang yang benar-benar cinta kepada Allah akan percaya dan mempercayakan segala urusannya kepadaNya. Ada ketenangan di sana.
Salah satu alasan kita merasa sedih tersiksa adalah ketakmampuan kita untuk cinta secara tulus kepadaNya. Cinta kita sering masih berwujud cinta bermotif: "kumencintaiMu jika." Lalu kita ajukan beberapa syarat. Padahal yang berhak memberikan syarat adalah Dia, bukan kita.
Cinta ibu tua dalam kisah tersebut di atas adalah cinta kepada Allah dalam maknanya yang paling tulus sehingga dia mampu merasa tenang dalam kesendirian, aman dalam keterpencilan dan bahagia dalam kesederhanaan dalam bentuk yang paling sederhana. Mampukah kita seperti ibu tua itu? Yakni cukup Allah dalam kehidupan kita? Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Ketika Cinta adalah Cinta Sejati : https://ift.tt/2Iwn9FsBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Ketika Cinta adalah Cinta Sejati"
Posting Komentar