Search

Tren FOMO di Balik Kasus Menu Daging Babi Mama Rossy - Republika.id

JAKARTA -- Kasus pemberian menu daging babi terhadap pelanggan Muslim yang memesan daging sapi di restoran Italia, Mamma Rosy Indonesia, belum lama ini dinilai menjadi bukti jika literasi halal dan haram di Indonesia belum maksimal.

Meski demikian, Founder Halal Corner Aisha Maharani menjelaskan, sudah ada peningkatan literasi terkait makanan halal jika dibandingkan 10 tahun lalu.

“Jika dibandingkan dengan tahun 1990-an atau 2000-an, masih lebih baik sekarang dari segi literasinya ya. Tapi kalau di tingkat maksimal, saya rasa belum,” kata Aisha saat dihubungi Republika, Selasa (13/6/2023).

Minimnya kesadaran umat Islam akan makanan halal juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan lingkup pertemanan. Aisha mencontohkan, kasus kesalahan penyajian makanan di restoran Mamma Rosy, di mana konsumen Muslim yang memesan menu daging sapi malah diberi daging babi.

Sudah tahu restoran itu menyediakan menu non-halal, tapi tetap saja dateng, mungkin bisa jadi karena gengsi kan. Tidak mementingkan syariat.

AISHA MAHARANI Founder Halal Corner

Menurut Aisha, kedatangan seorang Muslim ke restoran yang menyediakan menu nonhalal sebetulnya sudah termasuk tindakan ceroboh. Dalam proses memasak, bisa saja ada kontaminasi dari bahan-bahan yang tidak halal.

“Iya kadang memang suka banyak yang bebal dan abai. Sudah tahu restoran itu menyediakan menu non-halal, tapi tetap saja dateng, mungkin bisa jadi karena gengsi kan. Tidak mementingkan syariat,” kata Aisha.

Aisha juga menilai, banyak Muslim ikut-ikutan mengalami tren fear of missing out (FOMO) dengan mencoba restoran dan makanan yang viral atau direkomendasikan food vlogger. Padahal, bisa saja makanan tersebut tidak halal atau belum mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Clinical Psychologst Candidate Zunea Farizka Azyza sebelumnya menjelaskan, FOMO merupakan rasa negatif akibat tidak terhubung, tidak bergabung atau ketinggalan momen orang lain yang hampir dialami semua orang.

Zunea menuturkan, tanda-tanda alami FOMO seperti fokus ke kehidupan orang lain, mengabaikan hidup sendiri, berlebih cek media sosial, tidak fokus beraktivitas, sibuk di tengah keramaian, kesepian, dan takut tidak memperbarui media sosialnya.

Orang FOMO sering takut tidak terhubung pengalaman berharga milik orang lain, khawatir ketika orang lain bahagia, merasa kehilangan kesempatan bertemu orang lain, dan ingin tetap terkoneksi aktivitas orang lain yang dapat membuat cemas.

Untuk laki-laki mayoritas mengalami FOMO dan berdasarkan penelitian 72 persen penderita berusia 18-33 tahun. Penyebab menderita FOMO karena usia, jenis kelamin, pengguna social networking site, akibat konektivitas, dan teknologi.

Aisha mengingatkan pentingnya kontrol diri dan kesadaran dari setiap konsumen ketika hendak membeli produk makanan tertentu yang belum mendapat sertifikasi halal. Menurut dia, sertifikasi halal itu penting untuk menjamin bahwa kehalalan suatu produk.

“Kalau sudah ada sertifikasi halal, kan kita sebagai Muslim pasti tidak waswas. Kami sudah sering edukasi soal ini melalui berbagai platform media sosial Halal Corner,” kata Aisha.

Di sisi lain, Aisha juga mendesak para pelaku usaha untuk mengedepankan kejujuran saat berkaitan dengan persoalan halal dan haram. Aisha menilai, hingga kini masih banyak pelaku usaha makanan di Indonesia yang belum jujur soal ini dan hanya mengutamakan profit bisnis.

“Ini jadi kelemahan di Indonesia, pelaku usahanya tidak jujur. Suka banyak yang klaim masaknya dibedain antara menu halal dan haram, padahal pada kenyataannya enggak. Beda dengan di Singapura dan Malaysia, pelaku usahanya lebih jujur. Bahkan, kalau kita pakai hijab dan di situ menyediakan menu haram, pasti kita dilarang makan di situ,” kata Aisha.

Manajemen Restoran Italia yang berdomisili di Kemang, Jakarta Selatan, Mamma Rosy Indonesia merilis video permintaan maaf lewat akun Instagram mammarosy_jkt, Senin (12/6/2023). Stefania Vigone, pemilik Mamma Rosy Jakarta, mengakui kesalahan stafnya yang memberikan makanan berupa daging babi meski yang dipesan pelanggan adalah daging sapi.

"Kita kemarin bikin kesalahan besar mistaking pork pakai beef untuk satu ibu dan sekeluarga makan di sini. Saya mau mohon maaf atas nama saya, keluarga saya, keluarga staf Mama Rosy untuk kita kemarin kita kasih problem," ujar Stefania.

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) akan mengirim tim pengawas ke Restoran Mamma Rossy Indonesia terkait keluhan pelanggan yang disuguhkan daging babi.

Ketua BPJPH Muhammad Aqil Irham menjelaskan, restoran wajib memberikan keterangan tidak halal pada makanannya jika memang menyediakan menu tidak halal. "Saya akan turunkan tim pengawas ke lokasi," ujar Aqil pada Senin (12/6/2023).

Aqil mengatakan, BPJPH Kemenag sudah melakukan kampanye mandatory halal pada Maret lalu. Sementara Oktober menjadi batas akhir kewajiban bersertifikat halal. "Sudah ada beberapa resto yang sudah berserfikat," kata dia.

Direktur Utama Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) MUI Muti Arintawati mengatakan, terdapat tanggung jawab bagi pengusaha apabila terjadi kasus atau kesalahan semacam itu.

Dia menyebut, pengusaha yang memberikan informasi tidak betul terkait status halal produk/jasa yang dijual dikenakan sanksi sesuai Pasal 62 UU Perlindungan Konsumen dengan pidana penjara paling lama 5 tahun.

"Aturan tersebut dan PP 39 tahun 2021 pasal 149 ayat 6 juga mengenakan pidana denda paling banyak Rp 2 miliar atas pelanggaran terkait hal ini," kata Muti saat dihubungi Republika, Selasa (12/6/2023).

Adblock test (Why?)



"tren" - Google Berita
June 13, 2023 at 04:52PM
https://ift.tt/BCnMRXG

Tren FOMO di Balik Kasus Menu Daging Babi Mama Rossy - Republika.id
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/30TityC
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tren FOMO di Balik Kasus Menu Daging Babi Mama Rossy - Republika.id"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.