BANYAK yang berkata bahwa peradaban kita kini adalah peradaban minus malu. Tiga macam malu yang perlu diperhatikan untuk melihat apakah ucapan di atas itu benar apa salah: malu kepada Allah, malu kepada diri sendiri dan malu kepada orang lain.
Malu kepada Allah adalah sebuah kondisi yang terbentuk dari kesadaran bahwa Allah begitu luar biasanya kepada kita dalam pemberian nikmatnya yang tiada henti dan kesadaran bahwa kita luar biasa banyak melakukan kesalahan dan dosa dalam berbagai bentuk kepadaNya. Tak malukah?
Malu kepada diri sendiri adalah sebuah kondisi di mana kita sadar bahwa kita itu dicipta mulia dan merdeka namun seringkali kita tergoda untuk menghinakan diri dengan dosa dan memperbudak diri dengan meminta-minta pada orang lain. Masihkah mau mengharap dan meminta pada orang lain? Jagalah kemuliaan dan kemerdekaan diri.
Malu kepada orang lain adalah sebuah kondisi di mana kita merasa berbeda dengan orang lain karena kita berbuat sesuatu yang tak normal menurut ukuran lazimnya manusia normal. Maka, bersikap wajar sajalah dalam kehidupan ini.
Orang kalau sedang malu biasanya menutup muka atau memalingkan muka atau lari menjauhkan mukanya dari muka orang lain. Namun saat malu kepada Allah, kita harus semakin sering tunjukkan muka untuk memohon ampun dan bimbingan, bukan dengan semakin menjauh. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Malu Sebagai Etika Bersama Allah : http://ini.la/2394503Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Malu Sebagai Etika Bersama Allah"
Posting Komentar