INILAHCOM, Washington - Larangan transaksi mata uang dolar Amerika Serikat oleh PDVSA, perusahaan minyak asal Venezuela, menjadi salah satu masalah berat yang mengguncang Gedung Putih. Aksi balasan kini sedang dipikirkan.
Dikutip dari cnbc.com, pembahasan di Gedung Putih ini bertujuan untuk menekan Presiden Sosialis Nicolas Maduro agar membatalkan rencana kongres baru yang kontroversial itu. Yang dinilai para kritikus akan memperkuat posisi Maduro sebagai seorang diktator.
Saat ini, perekonomian Venezuela tengah mengalami resesi parah, serta keruntuhan mata uang lokal. Pemerintah Maduro terus mengalami perlawanan dari rakyatnya berupa gelombang demonstrasi. Sedikitnya 100 jiwa melayang dalam aksi penolakan Maduro ini.
Sementara adanya sanksi terhadap transaksi berbentuk dolar AS, berdampak kepada sulitnya pemerintahan Maduro mendapatkan uang tunai untuk pembayaran utang, serta membiayai impor kebutuhan dasar.
Gedung Putih menolak berkomentar mengenai sanksi yang sedang dipertimbangkan. PDVSA dan Kementerian Minyak Venezuela juga masih bungkam.
Langkah yang sedang dibahas Amerika hampr serupa dengan yang diberlakukan terhadap Iran akibar program nuklirnya, yakni mengurangi separuh ekspor minyak Iran dan mencegah pembelian minyak mentah mentah dari Iran.
Langkah tersebut dilihat sebagai salah satu sanksi ekonomi paling efektif yang pernah diterapkan dan dan berimbas baik karena berhasil menghambat aktivitas nuklir di Teheran.
Langkah-langkah mengenai transaksi keuangan ini akan memberi kekuatan untuk pemerintahan Presiden Donald Trump dalam meningkatkan tekanan pada Venezuela dengan mengancam akan memberikan sanksi bagi setiap perusahaan asal Amerika yang melakukan bisnis dengan PDVSA atau bank Amerika yang memproses transaksi dalam dolar.
Pejabat senior Gedung Putih juga mengatakan bahwa pembatasan keuangan telah diajukan berulang kali dalam diskusi baru-baru ini.
Pemerintah juga membahas larangan impor minyak dari Venezuela, namun belum ada keputusan akhir yang tercapai.
Sanksi terhadap transaksi dolar ini dianggap lebih berat daripada larangan impor karena akan membuat pembeli dari manapun sulit untuk membeli minyak Venezuela.
Dampak sanksi terhadap PDVSA akan bergejolak di pasar minyak. Memaksa para pembeli ini untuk membeli pasokan alternatif. Sementara itu, Amerika dapat menggunakan minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk mengurangi dampak kekurangan pasokan jangka pendek.
Menurut Administrasi Informasi Energi, Amerika Serikat telah membeli 780.000 barel per hari minyak mentah dan produk olahan Venezuela dalam empat bulan pertama tahun 2017. Hampir 8 persen dari total impor. PDVSA adalah pemasok utama Valero Energy, Phillips 66, Chevron Corp dan PBF Energy. Unit pemurnian PDVSA di Amerika Serikat, Citgo Petroleum, bulan lalu adalah penghasil minyak mentah Venezuela terbesar kedua.
Tidak jelas bagaimana Citgo akan terpengaruh oleh sanksi dari As ini sebagai operator tiga kilang, jaringan pipa dan jaringan distribusi bahan bakar di Amerika Serikat namun berasal dari Venezuela.
Ancaman sanksi terhadap Venezuela adalah alasan utama untuk perundingan minggu ini antara PDVSA dan Rosneft. Perundingan di Moskow ayang diagendakan awal pekan ini akan berfokus pada usulan pertukaran saham jaminan Rosneft di Citgo untuk sejumlah aset minyak Venezuela lainnya. [ipe]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Gedung Putih Bahas Sanksi Ekonomi untuk Venezuela"
Posting Komentar