KOMPAS.com – Beberapa hotel di Indonesia mulai menjual voucher menginap dengan periode yang fleksibel sejak beberapa bulan lalu.
Adanya penawaran waktu menginap yang fleksibel membuat sejumlah hotel mampu menjual ratusan, bahkan ribuan voucher tersebut.
Meski begitu, apakah penjualan voucher menginap dengan periode yang fleksibel akan menjadi tren jangka panjang?
“Menurut saya, selama pandemi berlangsung, ada staycation yang sekarang lagi laris di calon-calon pengunjung. Banyak orang pilih itu," kata Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali I Made Ramia Adnyana kepada Kompas.com, Jumat (21/8/2020).
Baca juga: Benarkah Penjualan Voucher Menutup Biaya Operasional Hotel Selama Pandemi?
Ia melanjutkan, apabila kondisi pasar sudah normal, penjualan akan kembali normal seperti biasa.
Menurut Made, tren staycation yang mana masyarakat memilih untuk membeli voucher menginap yang fleksibel dianggap sebagai solusi sementara untuk menghadapi pandemi dan menggerakkan arus kas.
Tren penjualan voucher menginap yang fleksibel, imbuh dia, bukan untuk jangka panjang lantaran pihak hotel bakal rugi.
Sama halnya dengan Made, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPD DIY Yogyakarta Deddy Pranowo mengatakan, tren tersebut hanya berlaku di masa pandemi Covid-19 saja.
Baca juga: Penjualan Voucher Hotel saat Pandemi, Ini Pendapat Asosiasi Perhotelan di Bali dan Yogyakarta
“Hanya untuk menyiasati arus kas hotel saja. Kami akan lihat perkembangan seperti apa karena masih ada evaluasi. Kami akan lihat pola pasarnya karena sangat dinamis,” ujar Deddy.
Tren melihat minat masyarakat
Sementara itu, Chief Operating Officer Accor Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Asia Selatan Garth Simmons menuturkan, tren menyesuaikan masyarakat.
“Kami terus melakukan evaluasi sesuai ketertarikan dan perkembangan pasar,” ujar Simmons kepada Kompas.com, Jumat (21/8/2020).
Jika tren akan berlangsung untuk jangka panjang, maka penawaran setiap voucher juga akan menyesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Sementara itu, Corporate PR & Sales Manager PT Dafam Hotel Management Ninik Haryanti mengatakan, ada kemungkinan tren penjualan voucher menginap yang fleksibel berlangsung untuk jangka panjang. Namun, penawaran akan disesuaikan dengan situasi.
“Sebenarnya, program menjual voucher sudah ada sejak sebelum pandemi, tetapi dengan harga normal,” kata dia kepada Kompas.com, Rabu (19/8/2020).
“Di era pandemi ini jadi tren karena harga yang sangat murah dan masa berlaku cukup lama. Boleh dibilang tren tidak akan long term dengan harga pandemi,” imbuh Ninik.
Baca juga: Voucher Menginap di Hotel Laku Keras Selama Pandemi
Assistant Corporate Marcomm Manager Santika Indonesia Hotels & Resorts Prita Gero juga menuturkan hal yang sama.
Menurut dia, tren penjualan voucher menginap di hotel dengan periode yang fleksibel akan berlangsung dalam jangka panjang.
Selain karena situasi dan kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum pasti, masyarakat juga dirasa lebih antusias dengan fleksibilitas yang ditawarkan.
“Tren 2–3 tahun ke depan belum tentu kencang karena vaksin akan ada. Kalau misal fleksibilitas, masih. Cuma bukan voucher yang jangka panjang,” kata Prita kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2020).
"tren" - Google Berita
August 25, 2020 at 10:10AM
https://ift.tt/3aTLqUH
Begini Tren Voucher Menginap di Hotel yang Fleksibel Menurut Pegiat Perhotelan - Kompas.com - KOMPAS.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Begini Tren Voucher Menginap di Hotel yang Fleksibel Menurut Pegiat Perhotelan - Kompas.com - KOMPAS.com"
Posting Komentar