Search

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Seorang remaja asal JermanLasse Stolley rela menghabiskan hari-harinya dengan tinggal di gerbong kereta api kelas satu.

Lasse Stolley yang kini berusia 17 tahun itu mulai tinggal di gerbong kereta Deutsche Bahn tahun lalu. Dia tinggal sendirian di rangkaian kereta milik pemerintah Jerman tersebut.

Untuk tinggal di kereta api, Lasse bahkan rela membayar tiket tahunan seharga ratusan juta kepada pihak pengelola kereta.

Menurutnya, tindakan ini lebih murah daripada harus menyewa rumah di kota-kota metropolitan Jerman.

Baca juga: Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Dijuluki "penghuni kereta"

Lasse Stolley mendapat julukan sebagai "penghuni kereta" Jerman karena menjalani hidupnya di atas kereta Deutsche Bahn.

Dia tinggal di gerbong kereta kelas satu dengan membayar 10.000 dollar AS atau lebih dari Rp 160 juta setiap tahun kepada pihak kereta api.

Remaja 17 tahun itu rela melakukan perjalanan sekitar 600 kilometer melintasi Jerman dan negara-negara tetangga Uni Eropa setiap hari, seperti diberitakan The Economic Times.

Lasse mulai melakukan perjalanannya pada 2022. Dia meninggalkan kampung halamannya di Fockbek, Schleswig-Holstein, Jerman utara untuk tinggal tanpa keluarga di kereta api.

Baca juga: Cerita Rombongan Siswa SD Study Tour Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Dia tidur di kereta, sarapan di gerbong makan, mencuci pakaian di wastafel kamar mandi kereta, dan mandi di kolam renang umum.

Remaja itu tidak hanya berdiam di kereta. Dia menggunakan aplikasi untuk merencanakan dan melacak rute perjalanan hariannya.

Untuk mengisi waktu, Lasse sering naik kereta komuter di siang hari dan melintasi jalan raya di malam hari.

“Setiap malam saya harus memastikan bahwa saya naik kereta malam dan terkadang saya harus menjadwal ulang dengan sangat cepat karena kereta itu tidak datang tiba-tiba,” katanya.

Setahun sejak tinggal di kereta, dia telah menempuh perjalanan sejauh 500.000 kilometer. Lesse juga mengunjungi empat taman nasional, situs bersejarah, dan lokasi pengamatan cahaya utara di Skandinavia.

Baca juga: Keluarga di China Tinggal 229 Hari di Hotel Mewah, Disebut Lebih Hemat dan Nyaman

Alasan tinggal di kereta

Ilustrasi kereta api di Jerman [Wikimedia/Olj6810].Wikimedia/Olj6810 Ilustrasi kereta api di Jerman [Wikimedia/Olj6810].
Meski masih remaja, Lasse bekerja sebagai pembuat kode perangkat lunak. Laptop menjadi satu-satunya benda yang dia perlukan untuk melakukan pekerjaannya.

Karena itu, dia akan terlihat bekerja dengan laptopnya hampir sepanjang hari sambil duduk di dalam kereta, stasiun, atau tempat-tempat wisata.

"Kehidupan di kereta memberi saya kebebasan untuk memilih ke mana saya ingin pergi kapan saja," ujar Lesse, dikutip dari First Post.

"Sarapan di tepi Laut Baltik di pagi hari dan menikmati matahari terbenam di Pegunungan Alpen di malam hari. Kemungkinannya tidak terbatas!" lanjutnya.

Meski tak memiliki privasi saat tinggal di kereta api, dia tetap menkmatinya karena bebas pergi kemana pun setiap hari tanpa terikat tempat.

Menurutnya, tinggal di kereta lebih murah dibandingkan sewa rumah tahunan di kota metropolitan Jerman.

Kendati demikian, dia mengaku butuh banyak usaha untuk meyakinkan orangtuanya sebelum mereka menerima gaya hidupnya yang tidak biasa.

Baca juga: Cerita Pasutri Lansia Asal Australia, Pilih Tinggal di Kapal Pesiar karena Lebih Murah dari Panti Jompo

Cara hidup dalam kereta

Ketika mulai tinggal di kereta, Lesse membeli tiket kelas dua tahunan khusus penumpang remaja seharga 2.800 dollar AS (Rp 44,9 Juta). Dia mendapat diskon 25 persen untuk perjalanan jarak jauh.

Dia kemudian membeli tiket kelas satu seharga 6.300 dollar AS (Rp 101 juta) yang menawarkan kursi lebih luas dan nyaman serta suasana tenang.

Dengan harga itu, Lesse memiliki akses ke DB Lounge, wifi gratis, dan terkadang makanan-minuman gratis.

Kini, dia membayar tiket tahunan seharga 10.000 dollar AS (Rp 160 juta) untuk perjalanan kelas satu.

Kondisinya membuat Lesse harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup lebih sederhana karena dia selalu bepergian. Dia membawa ransel berukuran 36 liter berisi semua barang pribadinya.

Karena punya rekam jejak dan kemahiran dalam pengoperasian kereta api, Lesse berharap bakal dipekerjakan dalam industri tersebut.

“Keinginan saya adalah memberikan masukan kepada perusahaan transportasi, misalnya Deutsche Bahn atau produsen kereta api, dan mendapatkan bayaran untuk itu.” imbuh Lesse.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Adblock test (Why?)



"tren" - Google Berita
May 12, 2024 at 09:30AM
https://ift.tt/6NDiFjt

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun - Kompas.com - KOMPAS.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/OI1nru8
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun - Kompas.com - KOMPAS.com"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.