ORANG ini benar-benar maniak kerja. Mulai pagi hingga malam terus saja bekerja. Pulang ke rumah ternyata juga masih membawa beban kerja. Tiada waktu kecuali untuk kerja selain waktu untuk ke toilet dan waktu pejamkan mata sejenak.
Ada yang iseng bertanya kepadanya dari mana semangat kerja seperti ini didapatkannya. Jawabannya mengagetkan, yaitu: "Dari sekolah saya yang setiap hari memberikan pekerjaan rumah, sehingga di rumahpun tetap bekerja menyelesaikan PR." Berhati-hatilah wahai para guru, jangan menutup kesempatan anak menikmati kehidupan sosialnya dengan keluarga inti dan lingkungannya.
Ada orang berikutnya yang juga iseng bertanya buat apa terus bekerja padahal yang dimiliki sudah banyak dan bahkan cukup untuk tiga turunan. Jawabannya juga mengagetkan: "Hidup ini adalah berlomba dalam kompetisi yang tiada akhir." Luar biasa semangat kerjanya, bukan? Sepertinya, masih banyak impiannya yang belum tercapai, sampai lupa mensyukuri apa yang telah digapai. Bahagiakah orang ini?
Teringatlah saya pada kata Steven Wright yang bisa dianggap sindiran pada mereka yang tak pernah henti mengejar impian: "You can't have everything. Where would you put it? (Anda tidak dapat memiliki segala sesuatu. Mau Anda letakkan di mana kalau semuanya menjadi milikmu?)
Agama mengajarkan jalan tepat dan cepat menuju bahagia, yaitu merasa cukup dengan apa yang dipunya dan mensyukuri apa yang ada. Caranya? Gunakan semuanya untuk segala sesuatu yang Allah suka, maka Allah akan memberikan segala sesuatu yang kita suka. Semangat kerja tak boleh melampaui semangat ibadah kepadaNya, maka kita bahagia dengan kebahagiaan hakiki. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Semangat Kerja Lampaui Semangat Ibadah : http://ift.tt/2FyJy6QBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Semangat Kerja Lampaui Semangat Ibadah"
Posting Komentar