KALAU ditanya berapakah kebutuhan makan kita? Jawabannya memang beragam, namun yang pasti sangat terbatas. Kalau ditanya berapa tempat duduk dan tempat tidur yang kita butuhkan? Jawabannya juga bisa beragam soal harga tapi hanya satu jawaban tentang kebutuhan, yang dibutuhkan adalah seukuran satu pantat dan satu tubuh.
Singkat kata, kebutuhan kita adalah terbatas. Namun cobalah sekarang tanyakan tentang keinginan kita, seberapa besar keinginan kita? Kebanyakan jawaban kita adalah "terlalu banyak untuk disebut."
Hitung-hitungan di atas itulah yang menjelaskan mengapa seseorang itu terus merasa kurang dan tidak pernah merasa bosan serta puas mencari harta dan kekuasaan. Bahkan dengan cara yang tidak benar.
Ketika menjelang kematian, saat nafas sedikit demi sedikit telah melemah, orang yang tamak menumpuk harta dengan cara tak benar itu mulai gelisah. Harta yang diusahakannya mati-matian ternyata masih banyak, mau dimakan sendiri tak mungkin habis, lalu bertanya kemanakah harta itu kemudian pindah tangan? Gelisah mulai memuncak, lalu mati ngenes.
Tulisan ini bukan melarang kita untuk kaya, cuma mengingatkan agar bekerja sesuai dengan aturan saja. Kalau memang takdir kaya kita akan kaya, kalau takdir miskin maka kita akan miskin. Bekerjalah seperti biasa, jangan sampai mengalahkan semangat ibadah. Bukankah "iyyaaka nasta'in" itu tiba setelah "iyyaaka na'budu?" Selamat bekerja, atas nama Allah, demi Allah, karena Allah dan untuk Allah. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Belajar Hitung-hitungan Kehidupan : http://ini.la/2399767Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Belajar Hitung-hitungan Kehidupan"
Posting Komentar