INILAH awal kali Mat Kelor hadir ke pengajian pasca ibadah haji. Songkok putih yang dibelinya 15 reyal di halaman masjid Quba dipakainya. Harga boleh murah, namun muatan kesannya bersejarah. Parfum Arab yang agak menyengat itupun dipakainya untuk mengingatkannya pada Masjid Nabawi. Mat Kelor dikawal panitia untuk duduk di depan dengan alasan baru datang haji, malaikatnya masih nempel.
Sampai jam 20.00 ustadz penceramah belum juga datang. Jamaah gelisah. Ada orang yang tampangnya seperti beragama, sayangnya tak ramah, tak suka senyum. Dia ditolak panitia untuk tampil mengisi waktu menunggu ustadz. Takutnya, jamaah semakin stress dan gelisah. Panitia lebih suka jika Mat Kelor yang tampil. Tak apa tak begitu cerdas, tapi mampu membuat orang gembira bahagia.
Karena dipaksa, maka Mat Kelor mendadak jadi ustadz. Mat Kelor membuat kaget banyak jamaah dengan ceramah singkatnya yang memukau. "Jangan-jangan Mat Kelor selalu bersama Kiai di tanah suci," kata banyak jamaah. Mat Kelor berkata: "Ada dua manusia yang paling menderita: pertama, manusia yang lupa cara tersenyum dan lupa cara menangis; kedua, manusia yang lupa cara berhenti tertawa dan lupa berhenti menangis."
Filosofis sekali, bukan? Tersenyumlah di saat yang tepat dengan cara yang tepat, demikian pula menangislah pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat. Inilah salah satu tips bahagia jalani hidup. Tiba-tiba panitia naik ke panggung dan berbisik kepada Mat Kelor. Mat Kelor menangis, semua jamaah bingung dan menunggu penjelasannya. Dia berkata: "Innaalillaah, ustadz kita tabrakan di jalan tol, meninggal dunia. Inilah kematian di jalan yang lurus."
Jalan tol memang jalan lurus. Tapi, apakah yang meninggal di jalan tol adalah mati di jalan yang lurus yang diridlai Allah? Mat Kelor belum menjelaskannya, dia sibuk dengan air matanya. Isterinya mendekatinya dan berbisik: "Menangislah pada saat yang tepat dan cara yang tepat." Apa ada yang salah dengan tangisan Mat Kelor? Apanya yang tak tepat? Saya juga masih sibuk, belum sempat tulis jawabannya. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Serba-serbi Haji (29): Mendadak Ustadz : https://ift.tt/2QXyfHWBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Serba-serbi Haji (29): Mendadak Ustadz"
Posting Komentar