JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, berbagai riset menunjukkan meningkatnya gejala intoleransi di masyarakat Indonesia.
Meski demikian, Yaqut menilai hal itu tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena belum menjadi arus utama di tengah masyarakat.
"Indonesia sebagaimana negara-negara lain juga menghadapi arus kinserbatisme keagamaan. Utamanya yang disebabkan arus informasi yang begitu kuat dari penduduk muda," ujar Yaqut saat memberikan sambutan dalam diskusi daring bertajuk "Understansing Indonesia Muslims Culture" yang digelar Sabtu (13/3/2021).
"Berbagai riset yang dilakukan berbagai lembaga menunjukkan adanya gejala meningkatnya intoleransi. Tetapi kita tak perlu khawatir berlebihan karena tren ini belum jadi arus utama masyarakat," tuturnya.
Baca juga: Cegah Intoleransi, Mendikbud Akan Keluarkan SE dan Buka Hotline Pengaduan
Dia melanjutkan, Kemenag sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam kehidupan beragama di Indonesia akan berupaya membuat kebijakan mendukung kondisi keagamaan yang harmonis.
Tujuannya, agar masyarakat dapat menjawab tantangan perubahan sosial dan mendukung pembangunan.
Yaqut pun menyebut ada tiga program prioritas yang akan dilakukannya.
Pertama, meningkatkan pelayanan keagamaan yang lebih merakyat dan merata untuk semua masyarakat Indonesia.
"Kedua, penguatan moderasi beragama yang lebih menghadirkan kehidupan yang lebih miderat," tutur Yaqut.
Ketiga, akselerasi transformasi digital agar meningiatkan kekerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam kesempatan yang sama, Yaqut menyebut mayoritas umat Islam di Indonesia sepakat dengan ideologi Pancasila.
Dirinya merujuk sebuah survei yang dilakukan pada 2020. Survei itu menyebutkan, sebanyak 98 persen masyarakat muslim di Indonesia berpendapat bahwa agama penting bagi hidup mereka.
Baca juga: Kisah Menag Yaqut Kunjungi Tetangga Saat Imlek dan Dapat Angpau...
Menurut Yaqut, angka ini lebih tinggi dari negara-negara di Timur Tengah.
Sementara itu, meski mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, akan tetapi mereka berpandangan moderat dan sepakat dentan ideologi Pancasila.
"Sebanyak 81,6 persen muslim Indonesia setuju dengan Pancasila. Ini merupakan modal dasar yang sangat bagus bagi negara kita," tutur Yaqut.
Dalam kesempatan yang sama, Yaqut pun mengungkapkan, pada 2010 Indonesia menyumbang 13,07 persen penduduk muslim dunia.
Jumlah ini lebih besar daripada Pakistan, Bangladesh dan India.
Kemudian, secara nasional, proporsi penduduk muslim di Indonesia sebesar 87,2 persen dari total populasi penduduk di Tanah Air. Persentase itu setara dengan 227 juta jiwa.
Baca juga: PGI dan PGPI Sumbar Sebut Persoalan Wajib Jilbab Hanya Kesalahpahaman, Bukan Intoleransi
Dari sisi kepulauan, mayoritas penduduk muslim ada di pulau Jawa dan Sumatera.
Lalu dari sisi organisasi sosial keagamaan, mayoritas umat islam di Indonesia terafiliasi dengan Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Sebanyak 59,2 persen muslim Indonesia berafiliasi dengan NU dan 10,6 persen berafiliasi dengan Muhammadiyah.
"Dan sisanya tersebar di ormas-ormas lain," tambah Yaqut.
"tren" - Google Berita
March 13, 2021 at 02:01PM
https://ift.tt/3teZ6l9
Menag: Tak Perlu Khawatir Berlebihan, Tren Intoleransi Belum Menjadi Arus Utama - Kompas.com - Nasional Kompas.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menag: Tak Perlu Khawatir Berlebihan, Tren Intoleransi Belum Menjadi Arus Utama - Kompas.com - Nasional Kompas.com"
Posting Komentar