-
Sabtu, 7 Maret 2020 | 10:00 WIB
JAKARTA, suaramerdeka.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan memaparkan, terjadi pergeseran tren dalam pola konsumsi tembakau di tataran global. Data WHO menyatakan terjadi penurunan jumlah perokok di negara-negara yang berada pada kawasan Amerika, Eropa dan Pasifik dari 765 juta pada tahun 2000 menjadi 710 juta di tahun 2015.
Lain lagi dengan negara-negara yang ada di kawasan Afrika, Mediterania Timur, serta Asia Tenggara. Akumulasi jumlah perokok di ketiga kawasan tersebut tidak sebesar ketiga kawasan sebelumnya, namun terjadi tren kenaikan jumlah perokok dari 317 juta menjadi 364 juta pada periode waktu yang sama.
"Melihat dari data tersebut, dapat diindikasikan bahwa negara-negara berkembang yang banyak terdapat di wilayah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara masih marak mengkonsumsi rokok serta menjadi pangsa pasar potensial bagi produk-produk IHT, terutama rokok. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa Indonesia pun menjadi salah satu di antaranya," kata dia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, pemerintah melakukan survey kepada 300.000 sampel rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi, 416 kabupaten, dan 98 kota di Indonesia. Jumlah ini tidak mengalami perubahan dari jumlah total sampel rumah tangga pada Riskesdas sebelumnya yang dilakukan di tahun 2013. Secara nasional, angka prevalensi perokok dengan usia di atas 10 tahun mengalami penurunan dari 29,3 persen (2013) menjadi 28,8 persen (2018).
Walaupun demikian, hasil survey pada rentang usia 10 hingga 18 tahun, atau dengan kata lain tergolong sebagai perokok di bawah umur, menggambarkan ironi karena terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 7,2 menjadi 9,1 persen dalam periode waktu yang sama. Adapun prevalensi di tahun 2018 tersebut hampir dua kali lebih besar dari target pemerintah dalam RPJMN 2019 yang menargetkan angka prevalensi ditekan hingga berada pada level 5,4 persen.
“Sayangnya, target tersebut rasa-rasanya masih akan menjadi impian belaka tanpa adanya terobosan pada tataran kebijakan. Tentu saja diperlukan riset yang komprehensif dalam melihat lebih jauh akar permasalahan dari peningkatan prevalensi perokok di bawah usia tersebut. Hal ini patut mendapat perhatian tidak hanya dari kalangan masyarakat tetapi juga pemerintah sebagai regulator,” ungkapnya.
Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan sederet kebijakan dalam membatasi bahaya rokok bagi kesehatan, pemerintah masih perlu bekerja keras untuk bisa mencapai angka prevalensi yang ditargetkan tersebut. Beberapa kebijakan tersebut di antaranya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 mengenai Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
"tren" - Google Berita
March 07, 2020 at 10:00AM
https://ift.tt/3cDfRiB
Ada Pergeseran Tren dalam Pola Konsumsi Tembakau - suaramerdeka.com - Suara Merdeka CyberNews
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Pergeseran Tren dalam Pola Konsumsi Tembakau - suaramerdeka.com - Suara Merdeka CyberNews"
Posting Komentar