KETIKA kita sebut nilai, sesungguhnya pikiran dan perasaan kita diajak berada dalam wilayah fungsi dan manfaat. Sementara saat kita sebut kata harga, sesungguhnya pikiran dan perasaan kita dibawa ke wilayah setumpuk uang yang harus dibayarkan. Sering juga kata nilai dan harga itu dipakai untuk menunjukkan makna yang sama, namun sesungguhnya dua kata itu memiliki konotasi yang berbeda.
Ada banyak orang yang paham dan hapal sekali harga setiap sesuatu. Namun tak banyak orang yang paham atau mengerti nilai dari sesuatu. Mengapa tak banyak yang tahu? Karena urusan nilai adalah urusan yang cenderung abstrak, bukan kongkrit. Tentang cinta dan kasih sayang, orang akan menggunakan kata nilai, bukan harga. Demikian juga tentang ilmu dan akhlak yang baik, orang pasti merujuk pada kata nilai. Jika kepada hal tersebut di atas disematkan harga atau setumpuk uang, maka sungguh ia menjadi sesuatu yang saru, tabu, dan tak elok.
Nilai itu erat hubungannya dengan faidah atau hikmah. Semakin besar faidah, manfaat atau hikmah dari sesuatu maka semakin tinggilah nilainya. Kesipulan kebalikannya adalah benar. Semakin tinggi nilainya maka semakin mulia derajat sesuatu itu. Lalu, apakah ada hubungannya antara nilai dan harga? Iya, tapi bukan kini pembahasannya.
Kini, tugas kita adalah menaikkan nilai kita dengan berusaha semakin sering dan banyak memberikan manfaat dan hikmah dalam hidup ini. Bagaimana caranya? Ibnu Qayyim dalam kitab Madarij al-Salikin nya menyatakan bahwa hikmah adalah melakukan hal yang pantas dengan cara yang pantas pada waktu yang pantas. Komponennya ada tiga hal: ilmu, sopan dan sabar. Miliki tiga hal ini, dan kemudian tetuslah menebar kebaikan. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Nilai dan Harga itu Berbeda Saudaraku : https://ift.tt/36VO8X5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Nilai dan Harga itu Berbeda Saudaraku"
Posting Komentar