Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bahkan sekalipun Greenback sejatinya lagi tertekan. Pemburukan sentimen investor terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 menjadi salah satu pemicu.
Mata Uang Garuda bertengger di level Rp 14.385 per dolar AS, atau melemah 0,24% (35 poin) selama sepekan ini. Padahal, sepekan lalu nilai rupiah menguat 0,76% di angka Rp 14.350/dolar AS. Tak ada penguatan yang dibukukan dalam 5 hari perdagangan kemarin.
Sepekan ini, indeks dolar AS sebenarnya melemah ke 92,518 pada Jumat. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap mitra dagang utamanya itu pada Jumat pekan lalu berada di level 92,8. Hasil polling Reuters menunjukkan dolar AS diprediksi melemah 12 bulan ke depan.
Pelemahan terjadi karena inflasi masih lebih rendah dari prediksi, sehingga penghentian stimulus lewat aksi beli obligasi di pasar sekunder kemungkinan tak akan terjadi dalam waktu dekat. Ketika aksi tapering itu tertunda, likuiditas dolar AS yang berlebih di pasar menekan nilainya.
Ketika dolar AS melemah, secara teoritis semestinya kurs mata uang rupiah menguat. Namun hal itu tidak terjadi sepekan ini, yang mengindikasikan bahwa faktor teknis terkait nilai dolar AS bukanlah satu-satunya faktor penekan kurs Mata Uang Garuda.
Koreksi rupiah terutama terjadi pada Senin dan Selasa di tengah sentimen negatif dari dalam negeri berupa masih tingginya laju Covid-19, sementara pemerintah menghilangkan indikator penting dalam ukuran penanganan pandemi, yakni angka kematian.
Pada Senin, pemerintah memutuskan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan PPKM akan diperpanjang hingga 16 Agustus 2021.
Saat itu, Indonesia mencatatkan korban jiwa 107.096 orang, menjadi negara dengan tingkat kematian terburuk ke-12 di dunia, menurut data Worldometers. Angka tersebut terus meningkat dan per Jumat Indonesia berada di peringkat 10 terburuk dunia, dengan angka kematian 115.096.
Namun dalam konferensi pers virtual Senin petang Luhut malah mengatakan akan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian perkembangan pandemi, dengan alasan adanya input data yang terlambat. "Sehingga hal ini menimbulkan distorsi dalam penilaian," ujar Luhut.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mempertanyakan alasan pemerintah tak menggunakan angka kematian sebagai indikator penetapan level PPKM, yang justru mendistorsi tingkat keparahan pandemi.
Dia memberi contoh Jawa Barat dan Banten yang turun ke PPKM level 3. Padahal, dua wilayah itu mencatatkan lonjakan kasus, baik pada kasus positif maupun kematian. "Sehingga seolah-olah masalahnya jadi kecil. Kan itu permainan angka," katanya dikutip CNN Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
"tren" - Google Berita
August 14, 2021 at 02:45PM
https://ift.tt/3m0xHDl
Ini Penyebab Rupiah Keok, Meski Dolar AS dalam Tren Melemah - CNBC Indonesia
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Penyebab Rupiah Keok, Meski Dolar AS dalam Tren Melemah - CNBC Indonesia"
Posting Komentar