Tingkat kesuburan menurun, populasi semakin menua, itulah tren kependudukan yang terlihat di negara-negara industri maju. Perkembangan populasi itu juga akan terjadi di negara-negara ambang industri pada beberapa dekade mendatang, kata sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Lancet.
Kalau beberapa dekade lalu para ahli kependudukan mengkhawatirkan kepadatan penduduk yang mengancam ekologi dunia, situasi sekarang mulai berbalik. Di banyak negara, jumlah populasi muda justru menyusut. Para ahli demografi sekarang bertanya, bagaimana mengatasi masalah penyusutan populasi dan makin kurangnya generasi muda yang akan mencetak generasi masa depan?
Studi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memproyeksikan, jumlah populasi Bumi akan mencapai puncaknya pada empat dekade mendatang, mencapai pada 9,7 miliar penduduk, sebelum kemudian turun menjadi 8,8 miliar penduduk pada akhir abad ini.
Masalah ekonomi dan sosial
Dalam 80 tahun mendatang, populasi di negara-negara seperti Spanyol dan Jepang akan berkurang setengahnya. Cina juga akan mengalami tren penyusutan penduduk yang hampir sama besarnya. Hanya di 12 negara, termasuk Somalia dan Sudan Selatan, akan ada cukup bayi untuk menjaga populasi penduduk agar tetap stabil. Tahun 2050, lebih 150 negara diperkirakan akan mengalami masalah penduduk yang semakin menua.
Penggalakkan pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan akan menyebabkan penyusutan populasi global sebanyak 1,5 miliar orang sampai tahun 2100 dibandingkan saat ini, kata penelitian IHME.
Pergeseran demografis itu akan mengubah masyarakat dan membangkitkan masalah ekonomi-sosial baru. Siapa yang akan membayar perawatan kesehatan penduduki lanjut usia? Apakah negara-negara akan memperebutkan migran muda? Bagaimana dengan usia pensiun, kalau konsep pensiun memang masih ada?
Penyusutan populasi berarti penurunan emisi karbon?
Apakah penyusutan penduduk global lalu otomatis berdampak positif bagi perlindungan lingkungan? Jumlah populasi yang berkurang akan berarti lebih sedikit emisi karbon. Kebutuhan pangan rata-rata juga akan turun sehingga ekologi tidak terlalu terbebani seperti saat ini.
Persoalannya tidak semudah itu, kata para ilmuwan. Pertumbuhan populasi selama ini memang telah meningkatkan emisi gas rumah kaca. Tetapi emisi itu tidak terbagi secara merata. Menurut Panel Internasional Perlindungan Iklim PBB, IPCC, penduduk di negara-negara industri terkaya mengeluarkan emisi 50 kali lebih banyak daripada mereka yang berada di negara-negara termiskin justru meningkat cepat. Artinya, emisi karbon rata-rata per kapita akan makin rendah lagi.
Pendidkan juga memainkan peran dalam perkembangan demografi. Perempuan yang bersekolah rata-rata memiliki anak lebih sedikit daripada perempuan yang tidak bersekolah. Mereka juga punya akses lebih besar terhadap alat dan cara-cara kontrasepsi. Itu berarti, tingkat kesuburan perempuan yang bersekolah juga lebih rendah.
Dua model perkembangan populasi yang berbeda
Sementara studi IHME menunjukkan akan terjadi penyusutan penduduk secara global pada tahun 1964. PBB justru sampai pada kesimpulan berbeda dan memprediksikan kenaikan penduduk dunia sampai tahun 2100. Perbedaan model kependudukan IHME dan PBB cukup besar, yaitu sekitar 2 miliar orang.
"tren" - Google Berita
September 02, 2020 at 02:00PM
https://ift.tt/3gKklos
Tren Populasi Global, Perlindungan Lingkungan dan Sejarah Kelam Pengendalian Kepadatan Penduduk - Tribunnews
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren Populasi Global, Perlindungan Lingkungan dan Sejarah Kelam Pengendalian Kepadatan Penduduk - Tribunnews"
Posting Komentar