KOMPAS.com - Saat ini wisatawan lebih memilih perjalanan domestik. Seperti laporan survei Next Decade Travel yang diadakan platform perjalanan digital Agoda, wisatawan pada kelompok usia 35-44 tahun memilih perjalanan di negara dan wilayah sendiri, dengan persentase masing-masing 40 persen dan 42 persen.
Seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Kompas.com, wisatawan asal China, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam memilih destinasi lokal untuk tiga pilihan perjalanan teratas yang akan dilakukan pada dekade mendatang.
Baca juga: Wisata Petualangan Penuh Pengalaman, Tren Traveling Saat Pandemi
Perjalanan yang lebih santai
Penerbangan singkat ke negara tetangga sudah jadi hal biasa. Namun kini perjalanan alternatif mulai terbentuk, yaitu wisatawan menurunkan "kecepatan" perjalanan dan mulai menikmati perjalanan dengan santai alias slow travel.
Perjalanan santai dengan tram, kereta, bis, kapal feri, atau sekedar naik mobil melewati pemandangan bisa jadi pengalaman yang tak terlupakan.
Bayangkan berada di kota yang berbeda, menyatu dengan alamnya dan menemukan permata tersembunyi yang hanya diketahui warga lokal.
Fitur long term rental, yaitu akomodasi penyewaan jangka panjang yang memungkinkan pemesanan Agoda Homes dan hotel hingga 90 hari, bisa jadi jawaban untuk cuti panjang yang selama ini diimpikan.
The Joy of Missing Out (JOMO)
Slow travel atau perjalanan santai memberi kesempatan bagi kita untuk merasakan lagi persiapan dan sukacita dari liburan tak terlupakan, menantikan keseruan perjalanan sama seperti tujuannya.
Jajaki kehidupan kota besar di Bangkok, Tokyo, dan Ho Chi Minh atau pertimbangkan untuk menjelajah destinasi berikutnya seperti Oita di Jepang, Daegu di Korea Selatan dan Ha Long di Vietnam.
Lakukan perjalanan di luar musim padat kunjungan. Merencanakan wisata di luar musim liburan berarti berlibur dengan biaya lebih murah, tidak ramai, dengan keterikatan yang lebih alami.
Dukung wisata lokal
Dengan slow travel, wisatawanbisa mendukung bisnis lokal dengan makan di restoran yang dijalankan satu keluarga atau bahkan tinggal di homestay lokal atau hotel mandiri.
Menjelajah lingkungan sekitar dengan gaya ‘Eat, Pray, Love,’ seperti bersepeda, dan jalan kaki, menemukan kafe dan toko kecil yang tidak ada di buku atau dunia maya.
Menjelajah dunia dengan jejak lingkungan sesedikit mungkin mudah dilakukan saat wisatawan siap dengan reusable items, seperti botol air untuk minum sekaligus mengurangi polusi plastik.
Pilihlah produk ramah lingkungan, pikirkan terumbu karang saat menyelam. Bila zat dalam chemical sunscreens bisa membahayakan terumbu karang, gantilah ke produk yang lebih ramah, seperti menggunakan bahan alami dari minyak kelapa untuk merawat tubuh Anda.
Bawa sedikit barang dan pergi jauh
Hal-hal sederhana seperti mematikan lampu dan AC saat meninggalkan kamar hotel, menggunakan lagi handuk, selimut dan seprai, serta mengurangi penggunaan produk kamar mandi dari hotel akan menurunkan jumlah sampah.
“Flashpacking” atau backpacking dengan anggaran yang lebih besar mengurangi kekhawatiran tentang perjalanan.
Gunakan tas toiletry ringan dan travel-sized bottles. Pakaian yang bisa dicuci dan cepat kering serta tahan lama, sepatu multifungsi untuk mendaki, jalan-jalan di pantai, serta jalan kaki jarak jauh bisa menghemat tempat di koper.
Slow travel di Indonesia
Desa Arborek tumbuh cepat sebagai pelopor di antara 18 desa cantik di Papua Barat yang sudah mengembangkan peraturan lokal sebagai konservasi laut berbasis komunitas. Arborek adalah desa yang menakjubkan, baik di bawah laut maupun di desanya sendiri. Kecantikan dunia bawah laut mudah ditemukan di sini.
Di sepanjang dermaga Arborek, penyelam bisa menemukan pendar cahaya menarik dari gorgonian fan tak jauh dari permukaan air. Masyarakat setempat ramah dan sangat tekun membuat kerajinan tangan istimewa dari daun pandan laut.
Baca juga: 8 Tren Traveling Tahun 2020
Agoda menawarkan untuk menginap di Meridian Adventure Marine Club and Resort yang lokasinya sangat strategis untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari dan mengunjungi tujuan wisata wajib.
Dapatkan pengalaman dari sejarah, kecantikan dan budaya Bali saat mendaki Gunung Batur, lalu rehat sejenak untuk menikmati sarapan dan kunjungi perkebunan kopi Kintamani sambil mencicipi kopi.
Kemudian kunjungi pura keramat Tirta Empul yang dibangun di abad ke-11. Lihatlah area mandi pura Hindu Bali tersebut dengan mata air suci yang digunakan untuk pemurnian jiwa.
Daki Gunung Batur saat matahari terbit dan kunjungi perkebunan kopi Kintamani dan pura Tirta Empul dengan panduan guide lokal berpengalaman.
"tren" - Google Berita
July 16, 2020 at 10:02PM
https://ift.tt/3j5Xt5j
Tren Traveling, Slow Travel di Negara Sendiri - Kompas.com - KOMPAS.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren Traveling, Slow Travel di Negara Sendiri - Kompas.com - KOMPAS.com"
Posting Komentar