Adanya pandemik COVID-19 mau tidak mau memaksa kita untuk menjadi kreatif. Terkurung di rumah selama berbulan-bulan untuk self-quarantine tentu membuat kita bosan setengah mati. Tetapi, dari pandemik ini pula, lahirlah tren bernama virtual photoshoot.
Virtual photoshoot merupakan sesi foto jarak jauh antara fotografer dan model yang difasilitasi oleh laptop, smartphone, kamera, dan koneksi internet. Salah satu fotografer yang menekuni virtual photoshoot adalah Safirah Ishami.
Fotografer profesional yang kini berdomisili di Tangerang, Banten ini membagikan suka-dukanya selama menjalani virtual photoshoot dalam beberapa bulan terakhir. Mau tahu lebih banyak tentang virtual photoshoot? Let's get closer!
1. Bermodal laptop, kamera, smartphone dan koneksi internet saja
Fira — sapaannya, awalnya mengetahui virtual photoshoot dari postingan Instagram Jihane Almira. Puteri Indonesia Pariwisata 2020 ini mengunggah foto virtual photoshoot yang dijepret oleh Michael Fabian Cools.
"Waktu itu aku berpikir, kok kayaknya menarik untuk mengisi waktu luang karena aku sudah bosen banget. Akhirnya, aku ngajak temanku untuk mencoba (virtual photoshoot)," jelas Fira membuka kisahnya.
Berawal dari pandemik saat semua orang harus melakukan self quarantine dan tidak bisa pergi ke mana-mana, akhirnya lahirlah tren virtual photography. Menurut Fira, tren yang berasal dari luar negeri ini dilakukan dengan video call, lalu menangkap layar (screenshot).
"Tren ini dibawa ke Indonesia oleh Michael Cools. Kata Michael, kalau (virtual photoshoot) hanya di-screenshot, hasilnya akan flat dan kurang 'berjiwa'. Alhasil, dia mencoba pakai kamera dan memotret monitor (laptop)," lanjut Fira.
Alat yang dibutuhkan untuk mengeksekusi virtual photoshoot tidak terlalu banyak. Fotografer hanya membutuhkan laptop, kamera, dan tentunya koneksi internet untuk melakukan video call lewat Skype. Sementara, model hanya membutuhkan smartphone dan tripod agar stabil dan tak berguncang.
"Sebenarnya, model bisa memakai laptop, tetapi opsi ini kurang fleksibel dan kurang praktis. Lebih baik model memakai hape biar gampang cari angle," tutur alumni Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini.
2. Konsep dan properti disesuaikan dengan apa yang ada di rumah
Untuk menyusun konsep virtual photoshoot, fotografer dan model akan saling berdiskusi. Mengikuti kampanye #dirumahaja, sebisa mungkin properti dan wardrobe memakai apa yang ada di rumah. Menurut Fira, rata-rata modelnya memakai pakaian bergaya kasual.
"Awalnya aku tanya, kamu ada properti apa? Misalnya ada bunga atau kain, ya udah dibikin gini aja. Kadang-kadang cari inspirasi di Pinterest juga," jelas perempuan yang dulu bekerja di Majalah SCG ini.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Fira mengakui kalau perjuangan model lebih "susah" dari fotografer di virtual photoshoot. Effort model 70 persen, sementara fotografer "hanya" 30 persen. Ini karena model yang harus mengatur setting tempat, menata posisi kamera, memilih tempat dengan pencahayaan baik, hingga memulas make up.
Khusus untuk timing, cahaya matahari paling baik adalah saat golden hour, yakni pagi di jam 08:00 atau sore di jam 15:00-17:00. Kalau bisa, model mendapatkan direct light dan memposisikan diri di dekat jendela atau tempat yang disinari matahari secara langsung.
"Kalau malam, belum pernah (virtual photoshoot) karena susah. Harus mengatur lighting pakai lampu, takutnya hasil fotonya nanti low resolution," ungkap Fira memberikan alasannya.
Baca Juga: 6 Tip Fotografi Fashion dari Rio Motret, Konsep Berperan Penting
3. Sinyal menjadi kendala utama virtual photoshoot
Sebisa mungkin, virtual photoshoot diadakan saat sinyal dalam kondisi baik. Jika tidak, videonya akan berubah menjadi kotak-kotak seperti mozaik dan berpengaruh pada hasil foto.
"Aku pernah 4 kali jeda dalam 30 menit karena sinyalnya jelek. Alhasil, sesi foto jadi molor dan bikin mood drop," terang Fira menceritakan pengalamannya.
Menurutnya, sesi foto paling cepat dilakukan dalam 30 menit dan paling lama 1,5 jam. Virtual photoshoot akan dipermudah jika sang model sering melakukan selfie. Sehingga, ia tahu angle terbaiknya dari arah mana dan harus berpose seperti apa.
Dari sekian banyak sesi virtual photoshoot yang telah ia jalani, Fira mengatakan kalau yang paling sulit adalah foto maternity. Ia mengaku sedikit kesulitan untuk mengarahkan gaya, takut kliennya tidak nyaman, dan sebagainya. Meski challenging, untungnya klien menyukai hasil fotonya.
4. Optimis ada masa depan cerah untuk virtual photography
Walau berawal dari sekadar iseng untuk membunuh waktu saat #dirumahaja, kini virtual photoshoot semakin berkembang. Semakin banyak brand yang berani membayar mahal untuk virtual photoshoot untuk campaign mereka. Belum lagi, semakin banyak kompetisi dan lomba terkait virtual photography. Bisa jadi, suatu saat nanti virtual photography akan menjadi genre fotografi khusus!
"Kalau suatu saat kondisi kembali normal, menurutku (virtual photoshoot) akan tetap ada. Misalnya aku pengen difotoin, tetapi jaraknya jauh dan belum ada kesempatan bertemu. Ya udah, virtual aja. Apa sih susahnya? Istilahnya cuma modal sinyal," tegas fotografer yang memulai karir profesionalnya sejak tahun 2014 ini.
In the end, keterbatasan selama pandemik justru menghasilkan tren baru. Kira-kira, ada inovasi dan kreativitas apa lagi setelah ini, ya?
Baca Juga: Tripod dan Filter, Kunci Utama Memotret Fotografi Lanskap
"tren" - Google Berita
July 29, 2020 at 12:56PM
https://ift.tt/3jSD8Au
Virtual Photoshoot, Tren Fotografi yang Lahir di Tengah Pandemik - IDNTimes.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Virtual Photoshoot, Tren Fotografi yang Lahir di Tengah Pandemik - IDNTimes.com"
Posting Komentar