SUATU malam, saudara saya bercerita bahwa baru saja datang berobat di sebuah rumah praktek pengobatan milik seorang profesor. Rupanya sang profesor yang tidak pernah belajar ilmu-ilmu keislaman secara formal ini memiliki semangat keagamaan yang tinggi.
Sayangnya semangat yang tinggi ini tidak diimbangi dengan semangat mengaji dengan benar. Akibatnya adalah pengetahuan dasar yang dasar sekali tentang keislaman dikembangkan sendiri dengan akalnya yang kadang terkesan akal-akalan.
Dari pendapat-pendapatnya yang nyeleneh yang saya dengar, saya tertarik juga untuk bertemu langsung untuk membuktikan. Ternyata benar, salah satu yang diucapkan dengan semangat adalah bahwa Nabi Adam dan Hawa itu diturunkan ke bumi dari surga tidaklah mungkin hanya karena makan buah khuldi terlarang itu.
Menurutnya, memakan buah khuldi itu hal kecil, dosa kecil, yang tidak layak diberi sanksi berat berupa pengusiran dari surga. Yang tidak diceritakan secara teks yang jelas, menurutnya, adalah bahwa Adam dan Hawa itu telah melakukan perzinahan.
Saya terperanjat dengan kesimpulan itu. Sepanjang saya membaca teks dalam studi formal saya, saya tidak menemukan pendapat ini. Saya bertanya dasar sang profesor ini. Dijawabnya: "Ini berdasarkan logika yang normal." Saya agak tersinggung sedikit karena merasa logika saya tidak senormal logikanya.
Saya sampaikan keberatan saya kepada beliau dan menyampaikan bahwa melogikakan sesuatu tanpa dasar itu berbahaya. Pertama, pandangan itu melukai derajat kenabian Nabi Adam. Tidak mungkin seorang Nabi berzina. Kedua, pandangan beliau itu mengentengkan dosa kecil, padahal sekecil apapun dosa, dosa itu adalah dosa kepada Allah Yang Mahabesar. Ketiga, kecil menurut kita bisa saja besar dalam pandangan Allah, demikian juga sebaliknya.
"Kesalahan yang kita anggap kecil bisa saja menjadi sebab turunnya murka Allah." Orang lain tak taat pada perintah kita mungkin saja kita anggap kecil. Tapi saat anak kita atau orang terdekat kita yang tak taat kita, maka ini menjadi masalah besar.
Semua telah diberikan kepada Adam dan dibolehkan, hanya satu saja yang dilarang. Lalu dilanggarnya. Apakah ini bukan urusan besar? Sang profesor terdiam. Sayapun tak ke sana lagi. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Penasaran dengan Logika Sang Profesor : http://ift.tt/2EX9pBLBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Penasaran dengan Logika Sang Profesor"
Posting Komentar