Jakarta, CNBC Indonesia - Angka kasus Covid-19 yang terus menanjak menimbulkan kekhawatiran pandemi kian berkepanjangan. Berkaca pada tahun lalu, ketika awal pandemi menyerang, ada tren baru di masyarakat yakni bersepeda.
Namun, bila melihat kasus Covid-19 yang sulit terkendali, apa tren gowes bisa kembali bangkit? Para pedagang sepeda mempunyai ramalan soal ini.
"Fenomena pandemi ini, orang berbondong-bondong beli sepeda kemungkinan nih, meskipun saya juga nggak tahu ke depan, tapi seperti nggak akan berulang kembali untuk sepeda," kata Iman Firman, penjual sepeda Toko Sepeda Maju Jaya yang terletak di jalan Tamansari raya nomor 5C Jakarta Barat kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (17/6/21).
Keraguan bangkitnya tren gowes terlihat dari aktivitas yang mulai kembali normal. Sebagian besar masyarakat sudah mulai kembali bekerja, meski sebagian ada yang berkompromi dengan bekerja dari rumah. Apalagi jika berkaca pada fenomena tahun lalu, kebangkitan sepeda pun tergolong singkat.
"Kenaikan penjualan yang benar cuma tiga bulan di Mei, Juni, Juli 2020. Sementara Agustus, September, Oktober 2020 mulai terasa sampai akhir tahun jadi mulai stabil. Hype memang setahun kemarin itu, tapi dari sisi penjualan beda," kata Iman yang juga menjual sepedanya melalui instagram @jktsepeda.
Penurunan penjualan secara kuantitas berdampak pada harga yang juga ikut jatuh. Bagi Iman yang sudah bertahun-tahun menekuni penjualan sepeda mengaku tidak kaget, namun banyak reseller dadakan yang terkejut dengan fenomena tersebut.
"Penjual sepeda yang lama tahu siklusnya, setiap satu tahun ada beberapa bulan yang turun, puasa pasti, kemudian setelah bulan puasa, anak libur sekolah, pasti tren penurunan tiap tahun ada. Bagi kami lumrah, cuma penjual dadakan itu mungkin kaget, mereka bingung yang punya stok berlebih. Karena hampir semua toko sepeda stoknya sekarang sudah menggunung di gudang mereka," jelas Iman.
Penurunan tren juga mengarah kepada salah satu jenis sepeda, yakni sepeda lipat yang mulai ditinggalkan penggemarnya menuju sepeda jenis lain.
"Nggak seheboh kemarin, orang rada jenuh juga. Sama orang pindah haluan dari sepeda lipat ke sepeda balap (road bike), termasuk sepeda gunung ke sepeda balap," jelasnya.
Berpindahnya haluan dari sepeda lipat ke jenis sepeda lain menurutnya disebabkan oleh semakin besarnya keinginan sebagian masyarakat untuk meningkatkan (upgrade) kecepatan bersepeda. Sepeda lipat yang dikenal berukuran mini tidak maksimal dalam hal kecepatan. Namun, bagi pengguna yang lebih memilih untuk kepraktisan, maka sepeda lipat bisa menjadi pilihan.
"Sepeda lipat kan diameter ban kecil. Makin besar springnya, kecepatan beda. Kalau orang pake seli (sepeda lipat) secara kecepatan kurang puas mereka beralih, kecuali sekedar olahraga keliling kompleks, karena sepeda lipat fleksibel dibawa angkutan umum," kata Iman.
Meski mulai ditinggal penggemar, namun bukan berarti sepeda jenis ini tidak mendapat minat sama sekali. Sebagian masyarakat masih mencari sepeda ini untuk hobi. Namun, yang diincar tergolong sepeda murah, misalnya yang di bawah Rp 6 juta.
"Segmentasi sepeda lipat termasuk Element Troy saja yang masih jalan sampai saat ini, harganya Rp 4 jutaan, sama di United tipe Miron sekitar Rp 5,7 juta," jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
(wia)
"tren" - Google Berita
June 17, 2021 at 09:37AM
https://ift.tt/3qe2WLn
Pedagang Sepeda Blak-blakan Soal Nasib Tren Gowes - CNBC Indonesia
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pedagang Sepeda Blak-blakan Soal Nasib Tren Gowes - CNBC Indonesia"
Posting Komentar