MAKASSAR, KOMPAS.com - Bank digital masih sering dianggap menjadi pelengkap dari layanan perbankan konvensional yang ada. Bahkan, sebagian masyarakat masih mempertanyakan apa perbedaan bank digital dan bank konvensional.
Head of Sharia Business Bank Jago Roy Iskandar mengatakan, saat ini terdapat jarak kesenjangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Jurang tersebut masih bertambah lebar karen saat ini ditambah dengan perbankan digital.
"Kontribusi aset perbankan syariah tidak pernah mencapai double digit dari perbankan konvensional. Terakhir diketahui (perbankan syariah) hanya 7 persen sumbangannya. Itu juga tidak 7 persen, tetapi 6,9 persen," jelas dia kepada awak media di Makassar, Sabtu (23/7/2022).
Baca juga: Soal Bank Digital, OJK Janji Akan Lebih Proaktif
Tantangan bank digital syariah
Sedangkan, saat ini perbankan mulai memasuki tren bank digital. Ia menambahkan, saat ini seharusnya bank digital berbasis syariah juga perlu diperkenalkan kepada masyarakat.
Menurut Roy, animo masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis syariah sebenarnya cukup tinggi. Namun demikian, literasi perbankan syariah di tengah masyarakat masih perlu didongkrak.
"Kalau kami tantangannya ada dua, pertama literasi digital dan literasi syariahnya itu sendiri. Jadi memang harus dimulai dulu. Suatu saat orang akan aware, sekarang ada pelayanan digital berbasis syariah," kata dia.
"Dan beberapa segmen memang sangat syariah minded, jadi mereka tidak banyak mikir. Pokoknya selama dia (produk keuangan) syariah pasti akan hajar," timpal dia.
Baca juga: Kunci Bank Digital adalah Ekosistem, Bank Syariah Bisa Perkuat Modal dengan IPO
Bank konvensional vs bank syariah
Oleh karena itu, Bank Jago Syariah pertama-tama menawarkan akad wadiah atau titipan. Adapun akad ini berarti nasabah tidak akan mendapatkan bunga dan tidak dipungut biaya admin.
Lebih jauh Roy menjelaskan, ketika nasabah mendapat penawaran menggunakan akad mudharabah, akan lebih sulit untuk dapat mengidentifikasi perbedaan perbankan syariah dan konvensional.
Akad mudharabah sendiri merupakan akad yang menawarkan keuntungan berupa bagi hasil.
"Kalau (penawaran produk) bagi hasil dulu dikiranya sama (dengan konvensional). Sekarang di balik, pokoknya yang ditawarkan layanan digitalnya, akad wadiah, baru nanti kamu tawarkan akad mudharabah," papar dia.
Di balik itu, Roy bilang, ekosistem Bank Jago baik yang konvensional maupun Bank Jago Syariah memiliki kesamaan dalam hal fasilitas fitur yang digunakan di aplikasi.
"Bedanya hanya pada produknya yang berbasis syariah dan tidak, tetapi fiturnya sama semua. Setiap pengembangan pada aplikasi, akan dirasakan keduanya. Fitur aplikasinya akan di copy-paste," jelas dia.
Bank digital baru populer di perkotaan
Kemudian Roy menyebut, salah satu hal yang dapat menjadi katalis pertumbuhan bank digital syariah di Indonesia adalah adanya kesadaran masyarakat.
Berdasarkan data yang dimiliki, saat ini layanan digital perbankan baru populer di kota metropolitan dan daerah-daerah di Pulau Jawa.
Selain itu, kota-kota berbasis muslim juga dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan layanan digital perbankan syariah. Sebut saja, kota Makassar, Padang, Mataram, dan Palembang dipandang dapat menjadi katalisator.
"Dari data statistik, memang nasabah Bank Jago Syariah masih berkutat di Pulau Jawa. Ada beberapa di luar pulau tetapi menclok-menclok saja," tandas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel."tren" - Google Berita
July 24, 2022 at 07:35AM
https://ift.tt/w6WcVx9
Menengok Tren Bank Digital Syariah di Indonesia, Bagaimana Prospeknya? - Kompas.com - Kompas.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/ghYNmr4
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menengok Tren Bank Digital Syariah di Indonesia, Bagaimana Prospeknya? - Kompas.com - Kompas.com"
Posting Komentar