SAYA sering bertemu ulama yang aktifis politik. Setiap bertemu pasti bicara hubungan politik dengan kemaslahatan ummat. Saya juga sering bertemu dengan ulama yang antipati atas politik dan menganggapnya sebagai biang perpecahan ummat. Sebagai santri, saya memaklumi keduanya.
Saya sering bertemu dengan jamaah pengajian yang meminta saya untuk aktif dalam politik, menjadi bagian ulama yang berjuang memperbaiki nasib ummat melalui jalur politik. Yang paling bisa mengubah nasib ummat adalah lewat kekuasaan, katanya. Betulkah?
Sayapun sering bertemu dengan jamaah pengajian yang setiap kali bertemu menasehati saya agar tidak ikut-ikut urusan politik. Politik itu kotor, politik itu menjadikan ummat bertengkar dan bahkan menjadikan para ulama tidak akur, katanya. Betulkah? Sebagai pelayan para jamaah, saya mendengarkan semua itu.
Kini, cuaca politik di negeri ini mulai semakin memanas. Sepertinya semuanya sudah menyelidiki dan memetakan siapa lawan dan siapa kawan. Semuanya semangat mencari pendukung baru.
Dua model ulama dan dua model jamaah tersebut di atas sudah mulai banyak yang menghubungi atau mendatangi saya, sambil bertanya saya mendukung siapa dan partai apa. Perlukah saya jawab sekarang? Ah, nanti engkau mengajakku bertengkar lalu menjauh dariku dan menganggapku musuh. Aku sahabatmu, saudaramu, betapapun beda pilihan. Salam, AIM. [*]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Ulama, Santri dan Politik : http://bit.ly/2V89ET4Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Ulama, Santri dan Politik"
Posting Komentar