KOMPASIANA---Orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Salah satunya adalah dengan memasukkan ke pesantren.
Akan tetapi, memasukkan anak ke pesantren tidak mudah begitu saja. Selain mencari pesantren yang tepat, sang anak pun belum tentu mau.
Sering kali sang anak menolak. Alasannya pun beragam, jauh dari rumah atau keluarga, hingga takut tidak betah.
Karena itu, mengirim anak belajar ke pondok pesantren tidak bisa tiba-tiba. Kita orangtua harus mempersiapkan jauh-jauh hari, hingga kemudian dua pihak sepakat serta berkomitmen.
Salah satu kiat yang bisa digunakan adalah mengajak anak berbicara dan diskusi seputar menempuh pendidikan di pesantren sejak dini.
Selain mengenai sekolah di pesantren, ada juga pembahasan terkait kurikulum pendidikan yang beradabtasi dengan kondisi pandemi Covid-19 serta kisah pengalaman orangtua yang tak putus asa untuk menyekolahkan anak meski sekolah secara online.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Berikut ini konten-konten menarik dan populer di Kompasiana seputar dunia pendidikan:
1. Tip Mengirim Anak Belajar ke Pondok Pesantren
Mengajak bicara dan diskusi perihal rencana mondok di pesantren perlu dilakukan sejak kecil. Tujuannya, agar sang anak mengerti mengapa ia harus bersekolah di pondok pesantren.
Kemudian, orangtua juga perlu melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Bukan sebaliknya, memaksakan kehendak tanpa mengerti bagaimana kondisi anak.
Tak kalah penting adalah menyiapkan biaya. Karenanya, survei sederhana bisa dilakukan terlebih dahulu sebelum berniat memasukkan anak ke pesantren. (Baca selengkapnya)
2. Ketika Kurikulum 2013 Harus Beradabtasi dengan Kondisi Pandemi Covid-19
Untuk memajukan pendidikan, selain dibutuhkan dana, para pengelola pendidikan dan para guru harus memiliki wawasan global dan bertindak lokal.
Sambil mengajar, para guru harus memberikan kesempatan bagi para siswa untuk dapat mandiri dan mengandalkan faktor kecepatan sendiri.
Pendidikan membutuhkan guru yang terlatih dengan baik. Jadi bukan para peserta didik yang harus mengintegrasikan diri mereka ke dalam sistem Kurikulum 2013 yang ada, tetapi Kurikulum 2013 harus beradaptasi dengan kondisi para siswa dan pandemi Covid-19.
Para guru memiliki peran penting dalam menumbuhkan partisipasi para siswa dalam pendidikan. Para guru adalah kunci kemajuan pendidikan di seluruh dunia, tetapi sekarang para guru membutuhkan alat-alat dan pelatihan-pelatihan agar menjadi professional dalam kinerja digital. (Baca selengkapnya)
3. Sekolah Online dan Harapan di Tengah Pandemi
Kompasianer Mom Abel membagikan pengalaman seputar mencari sekolah untuk anaknya yang berusia tiga tahun.
Selama masa pencarian tersebut dia dihantui kegamangan lantaran sang anak dinilai masih belum mampu berkomunikasi dengan baik untuk sesusianya. Dia pun menunda untuk menyekolahkan anaknya.
Meski begitu, niat yang tertunda, beberapa waktu kemudian kembali diwujudkan. Namun, pandemi Covid-19 melanda, seluruh kegiatan belajar harus dilakukan dari rumah.
"Di mata manusia, pandemi ini luar biasa mengubah dan mengacaukan banyak hal. Tapi iman selalu mengajarkan saya untuk selalu berpengharapan. Saya yakin meskipun sekolah di masa pandemi, Tuhan tahu kesulitan saya dan memampukan saya," tulisnya. (Baca selengkapnya) (IBS)
"tren" - Google Berita
June 09, 2021 at 02:04PM
https://ift.tt/3x3LBXm
[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Tip Mengirim Anak Belajar ke Pondok Pesantren | Kurikulum 2013 Harus Beradabtasi dengan Pandemi Covid-19 - Kompas.com - Kompas.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Tip Mengirim Anak Belajar ke Pondok Pesantren | Kurikulum 2013 Harus Beradabtasi dengan Pandemi Covid-19 - Kompas.com - Kompas.com"
Posting Komentar