Dalam beberapa hari terakhir publik digemparkan dengan perilaku sejumlah publik figur yang mengadopsi boneka arwah atau Spirit Dolls. Tak hanya sekedar mengadopsi, mereka juga memperlakukan boneka tersebut layaknya bayi sungguhan.
Termasuk yang dilakukan oleh Ivan Gunawan yang mengadopsi dua boneka bayi kemudian diperkenalkan sebagai anaknya. Dua boneka bayi itu diberi nama Miracle dan Marvel. Ivan bahkan marah apabila ada seseorang yang mengatakan bahwa anaknya hanya sebuah boneka.
Psikolog Stephani Raihana Hamdan, berpendapat perilaku tersebut dapat terjadi karena ada dua faktor. Pertama, hal itu didorong oleh kebutuhan nurturing atau merawat memelihara seseorang atau sesuatu.
"Saya tidak menemukan riset untuk menjelaskan hal ini, kelihatannya itu didasari oleh kebutuhan terkait dengan nurturing, terkait dengan kebutuhan merawat, karena memang pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan ingin merawat generasi baru, dalam hal ini bayi," kata Stephani kepada CNNIndonesia.com, Minggu (2/1).
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan nurturing pada diri manusia biasanya disalurkan dengan memelihara atau merawat orang atau hewan atau barang. Hanya saja setiap manusia memiliki tingkat nurturing yang berbeda.
"Sebetulnya nurturing ini bisa ke sesama manusia, dalam hal ini bayi, ke anak kecil, mengadopsi, atau bisa juga memelihara hewan, misalnya anak kucing, bisa juga memelihara tanaman, dari yang layu lalu berbunga," imbuhnya.
Hal itu juga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan masing-masing individu. Misalnya, ada seseorang yang senang memelihara berbagai jenis hewan. Lalu, ada orang yang senang merawat anak kecil, bahkan sampai mengadopsi walaupun sudah memiliki anak sendiri.
"Itu kan dilakukan oleh orang-orang yang belum memiliki anak atau tidak memiliki anak usia tersebut makanya ingin memenuhi kebutuhan tersebut," kata Stephanie.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Nora Alexandra yang mengadopsi boneka arwah atau spirit dolls. Tak cuma satu, istri Jerinx SID tersebut mengadopsi tiga boneka spirit dolls dari Furi Harun.
Boneka dengan rambut warna-warni diberi nama Fannie, sedangkan yang mungil namanya adalah Lolly. Boneka rambut panjang dan pekat diberi nama Ella olehnya.
Di sisi lain, ada juga orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki peliharaan dalam bentuk apapun dalam hidupnya.
"Kedua ya saya melihat ini tren aja sih, [jadi] tidak akan long-lasting, tidak lama dan panjang," kata Stephani.
Kemunculan fenomena artis mengadopsi boneka arwah atau spirit doll disebut Stephanie didorong oleh faktor tren karena sebagian besar boneka tersebut berwujud bayi.
"Bayi kan lucu, saya melihatnya seperti itu, saya melihat itu sebagian nurturing, sisanya tren, tidak akan long-lasting, tidak lama dan panjang, kalau aslinya nurturing itu dasarnya senang memberi, melakukan sesuatu untuk satu makhluk dalam hal ini makhluk hidup, jadi ini hanya tren saja," sambungnya.
Sejauh ini Stephani tidak melihat ada dampak negatif dari kebiasaan ini. Namun ia menyayangkan perilaku tersebut karena dianggap sebagai kegiatan yang sia-sia.
"Yang pasti kalau saya melihatnya seperti ini, waktu kan terbatas, sebaiknya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, kalau sibuk hanya mengadopsi boneka yang itu mainan anak-anak, kalau anak kecilkan mereka sedang melatih diri, belajar kreativitas, bermain peran," kata Stephanie.
"Kalau sudah dewasa harusnya bisa mengalokasikan waktu ke hal yang positif, daripada mengadopsi boneka, mending bayi sungguhan, nanti tumbuh, jadi manusia berguna, kalau ini kan tidak ada, larinya malah kesia-siaan," pungkasnya.
(nly/DAL)"tren" - Google Berita
January 02, 2022 at 07:10PM
https://ift.tt/3pOqPdP
Psikolog soal Tren Adopsi Boneka Arwah: Mending Bayi, Tidak Sia-sia - CNN Indonesia
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Psikolog soal Tren Adopsi Boneka Arwah: Mending Bayi, Tidak Sia-sia - CNN Indonesia"
Posting Komentar