Jakarta, Beritasatu.com– Sejumlah analis memperkirakan tren harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sedang menguji level baru di saat pandemi Covid-19 masih berkecamuk. Momentum itu membuka peluang bagi calon emiten sawit untuk melantai di bursa dengan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Analis pasar modal sekaligus ekonom LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan tren harga CPO selama paruh pertama 2021 mengalami tren kenaikan. Meski terkoreksi pada perdagangan Juli, hal tersebut masih wajar seiring menguatnya harga minyak dunia. “Namun sekali lagi, fluktuasi harga CPO masih memungkinkannya terungkit, menjadi pilihan transaksi jangka pendek,” kata Lucky melalui keterangan tertulis, pada Kamis (15/7/2021).
Lucky menilai tren kenaikan harga CPO sedikit berbeda dengan pergerakan saham-saham emiten sawit yang baru belakangan bergeliat. Saham-saham emiten sawit dengan kapitalisasi besar seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT London Sumatera Tbk (LSIP), belakangan terdongkrak hingga menguji level harga baru masing-masing Rp 8.150 dan Rp 1.215 per saham. “Karena investor melihat bahwa ini terjadi diskon, dengan kinerja dan harga CPO yang baik, tetapi sebelumnya saham-saham tersebut tidak bergerak, jadi wajar kalau saham-saham itu kini mengalami tren kenaikan harga juga,” jelasnya.
Calon Emiten
Lucky berpendapat bahwa saat ini merupakan momen agresif para investor memburu saham emiten sawit. Karena itu, dia menilai bagi calon emiten sawit pun saat yang tepat memasuki bursa. “Memang ada rumus jika harga indeks lagi turun, pasar membatasi transaksi sehingga tidak bagus melantai di bursa. Untuk emiten sawit mungkin sebaliknya, inilah momen tepat karena bagi emiten baru akan diburu investor, tetapi jika indeks tengah naik maka investor mencari saham-saham yang telah mapan,” kata dia.
Salah satu perusahaan yang disebut-sebut sebagai calon emiten sawit anyar yakni PT Tunas Sawa Erma Group (TSE). TSE mengelola dan menggarap perkebunan sawit di kawasan Timur Indonesia. Pasar masih menanti-nanti langkah perusahaan yang sejak 1998 beroperasi tersebut melantai di bursa. “Walau memang ada faktor pertimbangan seperti pengetatan mobilitas atau PPKM, namun faktor lain seperti harga CPO yang baik serta momentum pasar juga harus dipertimbangkan untuk IPO sekarang ini,” tegas Lucky.
Secara terpisah, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengakui walau terjadi fluktuasi harga CPO, secara umum tren tersebut mengalami kenaikan hingga sempat menyentuh kisaran 4.000 ringgit per ton sejak akhir tahun lalu.
Di sisi lain, permintaan sawit akan terus ditopang dengan adanya upaya hilirisasi komoditas tersebut. “CPO jadi menarik karena ada isu B20 dan B30. Meski terus ada black campaign dituding tidak ramah lingkungan. Dan lagi, harga CPO paling murah dari 17 minyak nabati,” ungkapnya.
Sementara itu, analis komoditas Reuters Wang Tao mengungkapkan harga CPO kini berada pada posisi menguji level MYR3.915 per ton. Dia optimistis jika level itu tercapai, maka tren kenaikan harga bisa menyentuh ke level baru yakni MYR4.009-4.105 per ton.
Pada saat bersamaan, sentimen positif terhadap emiten sawit berasal dari kinerja ekspor yang mengkilap. Ekspor minyak sawit nasional pada Mei 2021 mencapai US$ 3,06 miliar, meningkat 14,98% dari bulan sebelumnya US$ 2,66 miliar. Nilai ekspor itu pun menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah karena didukung harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) dan kenaikan volume.
Sumber: Investor Daily
"tren" - Google Berita
July 15, 2021 at 02:33PM
https://ift.tt/3ra1CJE
Tren Kenaikan Harga CPO Buka Peluang Perusahaan untuk IPO - BeritaSatu
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren Kenaikan Harga CPO Buka Peluang Perusahaan untuk IPO - BeritaSatu"
Posting Komentar