Search

Tren Berburu Tanaman Hias, Pengamat Ekonomi Soroti Fenomena Monkey Business - Fix Palembang - Pikiran Rakyat

FIXPALEMBANG.COM - Tren berburu tanaman hias kini mewabah di Indonesia, tak terkecuali di Sumatera Selatan, khususnya Palembang.

Di tengah pandemi Corona saat ini, masyarakat seolah menemukan pelipur lara dengan mengoleksi berbagai jenis tanaman hias seperti keladi, sri rejeki, anggrek dan salah satu yang paling dicari ialah janda bolong.
Harga tanaman janda bolong di pasaran fantastis karena bisa mencapai jutaan rupiah.
Ruas daun tanaman yang berlubang dengan kombinasi warna hijau dan putih, diyakini menjadi daya tarik tanaman yang memiliki nama latin monstera adansonii variegata ini.
Peralihan hobi berburu dan mengoleksi tanaman hias ini, dari kacamata pengamat ekonomi, terdapat beberapa faktor.
Menurut pengamat ekonomi Sumsel, Yan Sulistyo, ada dua faktor yang menyebabkan tanaman hias menjadi populer saat ini.
"Pertama, karena orang jenuh di rumah selama masa pandemi dan dia cari hobi baru, koleksi tanaman hias. Yang kedua, karena terpengaruh informasi di media sosial mengenai tren tanaman hias ini yang katanya harganya tinggi," kata Yan kepada FIXPALEMBANG.COM, Jumat, 2 Oktober 2020.
Tren tanaman hias, kata Yan, tak ubahnya tren batu akik tahun 2015 lalu atau tren ikan louhan tahun 2004 hingga 2005 lalu dan tren koleksi lainnya.
Dengan adanya booming tanaman hias, menciptakan gelembung ekonomi yakni kenaikan harga suatu barang yang sedang tren itu.
"Seperti tanaman hias, dari harga normal yang hanya puluhan ribu rupiah, sekarang bisa jutaan rupiah. Tentunya ini sesuai jenis dan kriteria tanaman itu," kata Yan.
Penggelembungan harga ini, lanjut Yan, dilakukan oleh kelompok pecinta tanaman tersebut.
"Karena ada pecinta tanaman, mereka menciptakan pasar di media sosial agar tanaman ini nilainya tinggi. Dan merekalah (kelompok pecinta tanaman) yang mendapatkan keuntungan dari tren ini," papar Yan.
Pria berkacamata ini menyebut, sasaran pecinta tanaman adalah orang yang tergiur dengan informasi di media sosial.
Yan juga menyebut ada fenomena monkey business di mana suatu kelompok atau komunitas, dalam hal ini pecinta tanaman, menciptakan pasar dengan menjadikan harga tanaman bernilai tinggi.
"Monkey business ini seolah membuat misalnya tanaman jenis tertentu harganya tinggi. Tujuannya supaya harga naik. Ini tidak ditujukan kepada sesama kelompok pecinta tanaman, melainkan kepada para penggemar tanaman yang baru," papar Yan.
Namun, sama seperti tren-tren sebelumnya, gemar tanaman hias ini akan berakhir dalam beberapa waktu ke depan.
"Dan tren ini ada limit waktunya. Beberapa waktu ke depan nanti sudah hilang dengan sendirinya," kata Yan.(Can)

Let's block ads! (Why?)



"tren" - Google Berita
October 02, 2020 at 10:38AM
https://ift.tt/3inTpvi

Tren Berburu Tanaman Hias, Pengamat Ekonomi Soroti Fenomena Monkey Business - Fix Palembang - Pikiran Rakyat
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tren Berburu Tanaman Hias, Pengamat Ekonomi Soroti Fenomena Monkey Business - Fix Palembang - Pikiran Rakyat"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.