Jaringan komputer sejumlah perusahaan dan lembaga pemerintah di Amerika Serikat dibobol peretas. Sejumlah perusahaan di Indonesia juga mengalaminya. Pertahanan perusahaan teknologi raksasa di sejumlah negara lain juga diretas. Isu keamanan siber sudah banyak dibahas, tetapi ”kengerian” dampak dari aksi itu belum menyadarkan para pengelola perusahaan untuk meningkatkan keamanan digital.
Beberapa analisis mengenai tren keamanan siber dan juga isu-isu lain pada tahun depan dibahas di banyak media, seperti Cybersecurity Insiders, Techrepublic, dan Welivesecurity, beberapa waktu terakhir ini. Analis di media itu mengingatkan agar perusahaan-perusahaan meningkatkan keamanan di tengah masa yang tidak menguntungkan dan tidak pasti saat ini.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pekerjaan-pekerjaan terkait dengan keamanan siber akan banyak dibutuhkan pada 2021. Tren keamanan siber diperkirakan meningkat. Industri-industri digital sudah banyak yang memasuki level mapan. Sekarang, mereka lebih sibuk mengurusi keamanan siber karena bisnis relatif sudah berjalan dan lebih banyak pengembangan.
Banyak perusahaan yang sudah bermigrasi dari penyimpanan data secara tradisional ke komputasi awan sehingga mereka mulai meningkatkan keamanan penggunaan komputasi awan. Apabila kebutuhan saintis data masih tinggi, kebutuhan tenaga keamanan siber juga mulai melonjak hingga terjadi kelangkaan di pasar. Perusahaan membutuhkan tenaga keamanan siber dengan keterampilan unik dari pengembangan hingga operasi.
Keterampilan tenaga keamanan siber yang ada juga masih menyisakan masalah, yaitu kesenjangan antara kebutuhan dan keterampilan yang mereka miliki. Pelatihan dan kursus untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber diperkirakan meningkat. Orang tak lagi sempat mengambil pendidikan formal karena kesibukan dan juga waktu yang terbatas, oleh karena itu mereka lebih memburu kursus.
Kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan bekerja dari rumah juga menjadi tantangan bagi keamanan siber. Tahun 2021, karena diperkirakan pandemi belum usai, keamanan siber masih menjadi prioritas. Data yang ada menunjukkan serangan siber meningkat 238 persen untuk tekfin (teknologi finansial) karena pandemi. Dampaknya, sekitar 80 persen perusahaan global meningkatkan infrastruktur keamanan. Meskipun direspons sebagai sesuatu yang menyusahkan, pandemi juga dinilai sebagai berkah alias katalis sehingga perusahaan-perusahaan meningkatkan keamanan.
Secara umum, serangan terhadap tekfin yang muncul berasal dari malware yang dikirim melalui surat elektronik (phising). Jumlah serangan yang melalui surat elektronik mencapai sekitar 94 persen. Sekitar 80 persen dari serangan berupa phising itu bisa menerobos keamanan siber perusahaan. Beberapa perusahaan besar telah mengalami pembobolan dengan cara ini. Karyawan perusahaan banyak terjebak untuk membuka dan merespons e-mail yang berisi malware.
Baca juga : Kerja dari Rumah Memicu Perang Akuisisi Perusahaan Teknologi
Tidak mengherankan apabila investasi keamanan siber untuk tekfin meningkat menjadi 646,2 juta dollar AS atau meningkat dua kali lipat dibandingkan pada 2019. Pada tahun depan, investasi keamanan akan meningkat lebih tinggi lagi. Kalangan analis memperingatkan para pengelola tekfin agar tidak bersifat menunggu untuk berinvestasi di bidang keamanan siber. Mereka menyarankan agar perusahaan tekfin memiliki tenaga ahli khusus keamanan siber atau pihak ketiga yang siap siaga menangani serangan siber.
Serangan siber juga dialami jaringan komputer e-dagang. Serangan terhadap mereka umumnya serangan tradisional, yaitu menyangkut pembobolan data kartu kredit pengguna dan pemalsuan identitas. Sejumlah kalangan mengingatkan, perusahaan e-dagang harus bersiap untuk mendapat serangan baru. Oleh karena itu, mereka juga harus meningkatkan kemampuan tenaga keamanan siber.
Di samping keamanan siber, ada juga beberapa isu lainnya pada tahun depan. Isu yang bakal berkembang ialah kelanjutan dari penggunaan kecerdasan buatan. Pemahaman kecerdasan buatan yang sudah mencukupi di kalangan perusahaan digital bakal beranjak ke langkah-langkah yang lebih rumit, seperti otomasi. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga di bidang mesin pembaca akan meningkat. Mereka akan ”menurunkan” algoritma yang sudah didapat ke dalam proses produksi.
Beberapa waktu terakhir, boleh dibilang sebagai masa adopsi awal dan pada tahun depan merupakan masa penggunaan kecerdasan buatan. Karyawan yang dibutuhkan harus memiliki kemampuan yang lebih canggih lagi untuk menyelesaikan proyek-proyek berbasis kecerdasan buatan. Sebuah survei menyebutkan, sekitar 70 persen perusahaan teknologi bakal mencari tenaga dengan kemampuan di bidang kecerdasan buatan dan otomasi.
Baca juga : Jalan Baru Investasi di Korporasi Teknologi
Tren teknologi berikutnya ialah implementasi penggunaan teknologi 5G. Tahun 2021 masih merupakan tahun persiapan meskipun sebagian sudah mulai menggunakan teknologi ini. Pada 2024, diperkirakan teknologi 5G menjangkau 40 persen bagian dunia sehingga transfer data akan meningkat tajam. Teknologi ini akan memudahkan orang melakukan berbagai aktivitas, tetapi pada saat yang sama serangan siber juga akan menjadi ancaman. Serangan jenis baru diperkirakan muncul bersamaan dengan penggunaan teknologi ini.
"tren" - Google Berita
December 23, 2020 at 07:00PM
https://ift.tt/2WM2s0N
Tren dan Isu Utama Industri Digital 2021 - kompas.id
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren dan Isu Utama Industri Digital 2021 - kompas.id"
Posting Komentar