KOMPASIANA---Sejak Maret, seperti dikutip dari AFP, India sudah mencatatkan sekitar delapan juta kasus virus corona baru.
Akibat gelombang kedua di India ini telah melumpuhkan sistem kesehatan, membuat rumah sakit kehabisan ranjang perawatan maupun oksigen.
Dari beragam laporan, New Delhi pada akhir pekan mencatatkan rekor 400 kematian virus corona.
Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa memperingatkan, krisis Covid-19 di India dapat terjadi di negara mana pun.
Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi Indonesia agar tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan.
1. Belajarlah dari India yang Lengah di "Second Wave of Pandemic"
Menurut Kompasianer Heri Bertus ada beberapa faktor yang menyebabkan India sekarang ini berada di gelombang kedua dalam kasus virus corona, seperti masih melakukan acara (social gathering) dalam jumlah yang besar tanpa mematuhi protokol kesehatan.
Walaupun India boleh dikatakan sudah berhasil dalam menurunkan angka kasus positif virus corona pada gelombang pertama (first wave) sebelumnya, tetapi ini malah memicu kasus baru lagi di gelombang kedua.
"Mereka tidak sadar dan terlena akan penyebaran virus corona yang begitu cepat, dan mereka juga sudah berasumsi bahwa mereka telah berhasil dalam menangani virus corona ini," tulis Kompasianer Heri Bertus.
Belajar dari situasi di India, semoga pemerintah Indonesia begitu ada gelombang kedua dari wabah virus corona bisa lebih siap dan mengantisipasinya. (Baca selengkapnya)
2. Impfpass, Buku Vaksin Wajib Dimiliki Semua Warga Jerman
Walaupun lazimnya semua warga Jerman tahu untuk membawa buku vaksin jika akan melakukan vaksinasi, tetapi petugas dari praktik dokter tidak jarang untuk mengingatkan.
Impfpass, nama buku tersebut seperti dituliskan Kompasianer Hennie Triana.
"Impfpass adalah buku mini berwarna kuning yang berlaku internasional, menyimpan catatan jenis vaksin yang telah diterima seseorang sejak lahir hingga dewasa," lanjutnya.
Jadi, Dokter di Jerman wajib menyimpan rekam medis pasiennya selama sepuluh tahun. Buku vaksin tersebut juga langsung didapatkan Kompasianer Hennie Triana saat baru pindah ke Jerman. (Baca selengkapnya)
3. Mengenal Penggolongan Obat Itu Penting Lho!
Kompasianer Irmina Gultom yang berprofesi sebagai apoteker kerap mendapat pertanyaan dari temannya tentang obat-obatan yang sulit didapat di apotek.
Hal tersebut wajar saja, karena tidak sembarang apotek bisa memberikan obat tanpa disertai resep dokter.
Dampaknya, ada risiko yang mungkin timbul jika penggunaan obat keras tidak sesuai diagnosis dari dokter.
"Pengetahuan mengenai penggolongan obat ini penting karena nyatanya masih banyak masyarakat awam yang tidak memahami mana obat yang harus disertai resep dokter dan mana yang tidak," tulis Kompasianer Irmina Gultom.
Jadi, lanjutnya, supaya masyarakat umum juga paham bagaimana cara memperoleh dan mengonsumsi obat yang aman dan benar. (Baca selengkapnya)
***
Simak beragam konten menarik lainnya di Kompasiana lewat subkategori Gaya Hidup: Kesehatan.
"tren" - Google Berita
May 04, 2021 at 03:15PM
https://ift.tt/2PSrX0Q
[TREN KESEHATAN KOMPASIANA] Belajar dari "Second Wave of Pandemic" India | Impfpass, Buku Vaksin di Jerman | Mengenal Penggolongan Obat - Kompas.com - Kompas.com
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "[TREN KESEHATAN KOMPASIANA] Belajar dari "Second Wave of Pandemic" India | Impfpass, Buku Vaksin di Jerman | Mengenal Penggolongan Obat - Kompas.com - Kompas.com"
Posting Komentar