INILAHCOM, Jakarta - 'Nyanyian' terdakwa kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP Setya Novanto menyebut nama dua kader PDI Perjuangan Pramono Anung dan Puan Maharani dalam sidang e-KTP mengandung unsur politik.
Mengingat saat ini sedang memasuki tahun poltik yakni Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Bahkan beberapa pihak meragukan kesaksian Novanto lantaran kerap membuat berbagai skenario sebelum dijebloskan ke dalam tahanan.
Salah satunya saat Novanto dicari-cari KPK mengalami kecelakaan saat menumpangi Fortuner B 1732 ZLO. Di mana mobil tersebut naik trotoar lalu menghajar tiang listrik.
Kemudian dilarikan ke RS Medika Permata Hijau dan dikabarkan luka parah namun dari foto beredar tak terlihat parah.
"Ada dua dimensi dalam ucapan Setya Novanto. Hipotesa saya ada dua dimensi dalam cuitan Novanto politik dan hukum," kata pengamat politik The Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam acara diskusi bertajuk Masih Percayakah Dengan Setnov? di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
Karyono mengatakan, jika publik memahami nyanyian Novanto sebagai "nyanyian politik" menjelang pemilu. Selain itu publik juga mengetahui rekam jejak (track record) Novanto yang selama ini dipersepsikan negatif karena sejumlah kasus, sehingga banyak yang tidak percaya dengan celotehannya.
"Jika begitu masih percayakah dengan Setya Novanto? Tentu boleh percaya boleh tidak, karena otoritas ada di tangan anda," sebutnya.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia Hebat Rubby menegaskan tidak mempercayai nyanyian Novanto. Karena dia memandang Novanto telah berhalusinasi saat menyebut nama Pramono dan Puan dipersidangan e-KTP beberapa waktu lalu.
"Saya apresiasi dengan kinerja KPK karena bisa menangkap Setnov. Berani menangkap seorang koruptor ulung dan bandit. Ini apresiasi besar, tapi jika ingin membukanya jangan berdasarkan asumsi saja. Harus berdasarkan alat bukti yang kuat minimal 2 alat bukti," tukasnya.
Untuk diketahui, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai tudingan Setya Novanto, terdakwa kasus korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), bahwa Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung menerima aliran dana e-KTP tidak benar.
"Omongan itu tidak benar," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta.
JK menilai tudingan itu tidak benar lantaran sudah dibantah oleh Made Oka Masagung, kolega Setya yang ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP pada akhir Februari 2018. "Kan sudah dibantah Oka bahwa itu tidak benar. Sedangkan Novanto mengatakan yang mengatur Oka. Oka membantah. Jadi omongan itu tidak benar," katanya.[jat]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Kerap Berhalusinasi, Nyanyian Novanto Diragukan : https://ift.tt/2Imln9oBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Kerap Berhalusinasi, Nyanyian Novanto Diragukan"
Posting Komentar