Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi memastikan rencana pembentukan holding kesehatan jalan terus. Sebab, hal itu merupakan tuntutan pasar dunia.
Asisten Deputi Bidang Telekomunikasi dan Farmasi Kementerian BUMN, Aditya Dhanwantara belum bisa memastikan kapan proses pembentukan holding kesehatan, rampung.
Menurutnya, proses integrasi dan sinergi antara perusahaan BUMN tergabung dalam holding, membutuhkan waktu. “Banyak yang perlu disiapkan. Perlu ditata dulu dan harus bisa bersinergi antar perusahaan,” ungkap Aditya dalam sebuah diskusi virtual, kemarin.
Dalam mengembangkan holding BUMN sektor kesehatan, Aditya membeberkan, Kementerian BUMN menetapkan lima pilar kerangka kerja. Yaitu, nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, inovasi model bisnis, kepemimpinan teknologi, pengembangan investasi, dan pengembangan talenta. Semua pilar itu diperlukan untuk memperkuat kemandirian farmasi dan ketahanan kesehatan.
Dia mengungkapkan, latar belakang kebijakan pemerintah ingin membentuk klaster kesehatan yakni mengikuti tren sektor kesehatan global dan penyakit. “Konsumen itu memerlukan suatu solusi yang lebih menyeluruh,” ungkapnya. Sebab itu, lanjutnya, industri farmasi tidak lagi hanya sebatas pada pengobatan dan pencegahan, melainkan harus mulai merambah kepada pelayanan kesehatan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, urgensi dari pembentukan holding BUMN sebetulnya agar peran BUMN bisa optimal. Sinergi antar BUMN memang diperlukan untuk mendukung tercapainya program pemerintah. “Jika tidak ada holding, maka antar BUMN jadi terkesan saling bersaing. Padahal mereka bekerja atau bergerak di dalam bidang yang sama,” jelas Bhima dalam acara yang sama.
Bhima mengingatkan, pembentukan holding jangan tergesa-gesa. Dibutuhkan kehati-hatian, apalagi untuk mengsinergikan sektor farmasi dan rumah sakit. Soal penunjukan PT Biofarma (Persero) sebagai induk holding farmasi, menurut Bhima, sudah tepat. Namun, dia meminta, wacara holding BUMN farmasi dan holding rumah sakit dibuat satu menjadi holding BUMN kesehatan, perlu pertimbangan matang. Pasalnya, keduanya menjalankan peran yang berbeda.
Dia menyarankan, Kementerian BUMN belajar dari negara yang sudah sukses menjalankan holding. Bahkan, jika tidak memungkinkan dibentuk holding BUMN kesehatan, lebih baik holding rumah sakit dan Farmasi, berjalan sendiri-sendiri. Misalnya, di Malaysia. Di negeri jiran itu holding farmasi dan rumah sakit tidak digabungkan menjadi kesehatan. (jar/jpg)
"tren" - Google Berita
November 25, 2020 at 09:38AM
https://ift.tt/2UWHP0X
Pemerintah Ikuti Tren Layanan Global - Jawa Pos
"tren" - Google Berita
https://ift.tt/2FjbNEI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Ikuti Tren Layanan Global - Jawa Pos"
Posting Komentar