INILAHCOM, Tokyo - Pemerintah Jepang mengatakan ingin mengawasi dengan ketat situs yang dapat digunakan oleh orang yang rentan untuk berbagi pemikiran tentang bunuh diri.
Langkah itu merupakan respon terhadap kasus dugaan pembunuhan berseri yang menggunakan situs semacam itu.
Pada Oktober lalu, sembilan mayat yang dipotong-potong ditemukan di dalam lemari pendingin dan kotak pekakas di sebuah rumah yang disebut 'rumah horor' di pinggiran Kota Tokyo.
Para penyelidik menemukan sembilan kepala bersama dengan tulang-tulang lengan dan kaki.
Takahiro Shiraishi, 27 tahun, telah mengakui membunuh sembilan orang sejak akhir Agustus lalu. Kasus ini mengejutkan Jepang.
Bagaimana dia mendapatkan korbannya?
Mengutip BBC, polisi mengatakan Shiraishi mengenal korbannya melalui media sosial, di mana mereka mengekspresikan pemikiran untuk bunuh diri.
Diduga dia membunuh mereka setelah membujuk mereka ke apartemennya, dengan mengatakan dia akan membantu mereka untuk bunuh diri.
Sembilan orang yang menjadi korban Shiraishi termasuk tiga pelajar SMA --yang termuda berusia 15 tahun-- seorang remaja perempuan, empat perempuan berusia 20 tahunan, dan seorang pria berusia 20 tahun.
Satu-satunya laki-laki dalam kelompok yang terbunuh setelah menghadapi Shiraishi dan bertanya mengenai keberadaan kekasihnya, seperti dilaporkan media Jepang.
Penemuan di flatnya itu telah membuat polisi mencari keberadaan seorang perempuan muda.
Polisi mengatakan dia mencari seseorang untuk membunuh dirinya melalui media sosial.
Apa itu situs bunuh diri?
Situs bunuh diri dan kelompok media sosial menyediakan informasi kepada individu yang ingin bunuh diri.
Situs semacam itu dapat mempromosikan dan mendorong orang lain untuk bunuh diri.
Toru Igawa, kepala pusat pencegahan bunuh diri yang berbasis di Tokyo, mengatakan kepada Japan Times bahwa internet dapat memperburuk kondisi orang muda di Jepang.
Dia mengatakan sebelumnya sejumlah orang telah menolak keras untuk membunuh diri mereka karena mereka tidak ingin meninggal sendirian, tetapi cara bunuh diri dan media sosial telah mengubahnya.
"Mungkin sekarang menjadi lebih mudah untuk mengatasi hambatan tersebut setelah menemukan teman secara online," kata Igawa.
Sebuah studi di Inggris pada 2015 menemukan bahwa 20 persen orang dewasa muda dengan riwayat pernah mencoba bunuh diri telah mengunjungi situs yang berisi informasi tentang bagaimana bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, dibandingkan dengan angka tiga persen dari orang muda yang lebih luas.
Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah Jepang?
Pejabat senior pemerintahan Jepang, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, telah menginstruksikan para pejabat untuk meningkatkan upaya menangani apa yang disebut 'situs bunuh diri' dan media sosial.
"Penggunaan Twitter --sebuah situs jejaring sosial yang sulit untuk dipantau-- yang mengeksploitasi tangisan minta bantuan dari para korban yang menulis tentang bunuh diri merupakan tindakan tercela," kata Suga.
"Kami akan menyasar dasar dari kejahatan ini, dan bekerja untuk mencegah agar tidak muncul kembali," imbuhnya.
Suga telah meminta para menteri untuk mengkaji penyebaran situs bunuh diri dan bekerja sama dengan sejumlah operator situs dan otoritas.
Dia meminta kepada mereka untuk mengeluarkan kebijakan untuk menghapus atau mengendalikan situs yang bermasalah itu.
Sejak lama, otoritas Jepang telah berjanji untuk mengatasi isu tersebut.
Sejak pertama kali bunuh diri yang terkait dengan internet dilaporkan pada 2003 lalu, pemerintah Jepang telah mengambil tindakan yang berupaya untuk mengurangi angka bunuh diri di negara itu melalui program konseling dan memblokir situs yang menawarkan kiat untuk bunuh diri.
Baca Kelanjutan Terpopuler - Jepang Akan Awasi Situs Terkait Bunuh Diri : http://ini.la/2417562Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Jepang Akan Awasi Situs Terkait Bunuh Diri"
Posting Komentar