Search

Terpopuler - Pelajaran Hidup Menuju Allah

SEMENJAK siang sepanjang perjalanan dari ujung timur pulau Madura sampai kota Surabaya, mendung dan kabut menghalangi jalan lewat sinar matahari. Bumi terasa gelap. Banyak orang geleng kepala dan ada pula yang mengumpat gumpalan awan hitam itu. Meski diumpat, mendung tetap saja menurunkan hujan, bukan batu atau api. Alangkah baiknya jika kita belajar dari mendung itu, tetap memberikan air sejuk saat dihina dan dicaci.

Ada yang masih protes, mengapa air yang diberikan terlalu banyak hingga menyebabkan banjir? Jangan-jangan banjir itu adalah kesalahan manusia bumi dalam mengatur manajemen lingkungannya. Pelajaran kedua malam tadi adalah jangan mudah menyalahkan pihak lain, lebih baik adalah introspeksi diri.

Jalanan macet di mana-mana. Perjalanan saya dari pondok di Kebonsari Surabaya menuju Masjid Rahmat Kembang Kuning yang biasanya hanya ditempuh 20 menit harus ditempuh selama 2 jam. Acara haul Mbah Karimah (mertua Sunan Ampel), di mana saya diminta sampaikan ceramah, akhirnya molor. Qari' tak hadir karena terjebak banjir, namun jamaah tetap banyak membludak dari berbagai daerah. Pelajaran ketiga adalah ternyata orang baik penuh jasa iu dikenang selamanya, walau telah lama berpulang ke rahmat Allah.

Saya bercerita dalam acara itu beberapa bagian dari kitab "Latha'if al-Minan al-Kubra" karya Imam Sya'rani yang terkenal itu. Salah satunya adalah bahwa orang yang selalu bersama Allah dan berkesadaran bahwa dirinya berjalan menuju Allah pastilah berprilaku baik dan mempersembahkan kebaikan kepada alam semesta. Mengapa?

Karena dia sadar bahwa semuanya adalah karena Allah dan untuk Allah serta akan diminai pertanggungjawaban oleh Allah. Dari kitab ini didapat pelajaran berikutnya yaitu perlunya kita menghayati makna sesungguhnya dari kalimat ang sering kita dengar dan ucapkan, "innaa lillaah wa innaa ilayhi raaji'uun" (kita adalah milik Allah dan kepadaNya kita akan kembali).

Sepulang acara haul itu, hujan telah reda. Bermakna bahwa sepekat apapun mendung pasti memiliki akhir untuk menjadikan langit bersih kembali. Seberat apapun musibah yang menimpa pastilah memiliki akhir yang menjadikan kita bisa tersenyum menghapus duka. Saya rebahan ringan di mobil sambil pejamkan mata menghalau penat.

Tiba-tiba telpon berdering mengabarkan bahwa Habib Hasyim Assegaf Banyuwangi, penceramah yang sama-sama alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sumorejo Situbondo berpulang ke rahmatullah persis setelah sampaikan pengajian di acara haul. Innaa lillaah wa innaa ilayhi raaji'uun. Beliau adalah orang baik yang memperembahkan hidupnya untuk dakwah dan masyarakat. Semoga Allah menerima semua amalnya.

Pada waktunya nanti, kita pun akan kembali kepada Allah dalam makna kematian. Indahnya kalau kembalinya kita kepada Allah adalah diiringi persaksian hamba-hamba Allah bahwa kita adalah orang baik dan diantarkan oleh doa-doa orang-orang shalih.

Senantiasalah mempersembahkan kebaikan. Menujulah selalu kepada Allah selama hidup, dalam makna selalulah menjadikan Allah sebagai tempat kembali dari segala sesuatu, sebelum kita kembali kepada Allah dalam maknanya sebagai kematian. Salam, AIM. [*]

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Terpopuler - Pelajaran Hidup Menuju Allah : https://ift.tt/2UxODDd

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Terpopuler - Pelajaran Hidup Menuju Allah"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.