INILAHCOM, Jakarta - Plt Ketua DPR Fadli Zon menyoroti tingginya rasio utang yang olehtim ekonomi Joko Widodo dinilai masih rendah. Waduh, gawat.
Politisi Gerindra ini meminta pemerintah jangan terlalu 'bernafsu' untuk berutang. "Belajar dari krisis utang Eropa, rasio utang sebenarnya bukan merupakan indikator yang pas untuk mengukur kemampuan sebenarnya dari perekonomian sebuah negara. Rasio utang kita yang lebih kecil tak menggambarkan perekonomian yang lebih hebat atau sejenisnya, sehingga kita harus berhati-hati," kata Fadli dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (4/1/2017).
Pernyataan Fadli terlontar usai mencermati laporan kinerja pemerintah pada 2017. Terungkap agresitivitas pemerintah dalam berutang, perlu dilakukan kontrol.
Dia menjabarkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 3 tahun pemerintahan Jokowi hanya berkutat di angka 5%. Sementara utangnya bertumbuh 13-14% per tahun.
Berdasarkan laporan pemerintah, lanjutnya, realisasi defisit 2017 tercatat Rp345,8 triliun. Secara nominal, realisasi defisit memang lebih rendah ketimbang 2016 yang mencapai Rp367,7 triliun.
"Meskipun secara nominal jumlahnya turun, persentasenya terhadap PDB justru meningkat. Tahun 2016, rasio defisit APBN-P terhadap PDB mencapai 2,46 persen. Tahun 2017, angkanya naik menjadi 2,57 persen terhadap PDB," ucap Fadli.
Fadli mengingatkan pemerintah untuk tidak menutup defisit anggaran dengan menciptakan utang baru. Dia wanti-wanti agar tim ekonomi Jokowi jangan menggampangkan masalah utang.
Sebagaimana diwartakan, cadangan devisa menurun US$580 juta pada akhir November 2017 menjadi US$125,97 miliar dari US$126,55 miliar. Penurunan ini disebabkan pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo, serta operasi moneter.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman di Jakarta, Jumat (8/12/2017), mengatakan, realisasi Cadev November 2017 cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor, atau 8,1 bulan impor. Serta pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Dengan jumlah itu cadangan devisa mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," ujarnya.
BI mencatat penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi merosotnya penempatan valas perbankan di BI karena kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk.
Bank sentral mengatakan akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa agar mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Hal tersebut, ujar Agusman, didukung oleh kondisi perekonomian domestik yang membaik, kinerja ekspor yang positif, dan perkembangan pasar keuangan global yang kondusif. [tar]
Baca Kelanjutan Terpopuler - Ekonomi Jokowi, Tumpuk Utang Ketimbang Pertumbuhan : http://ift.tt/2ArMxahBagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - Ekonomi Jokowi, Tumpuk Utang Ketimbang Pertumbuhan"
Posting Komentar